Beijing (ANTARA) - Pengumuman terbaru China mengenai regulasi baru untuk memperketat langkah pengendalian ekspor terhadap item tertentu yang berkaitan dengan logam tanah jarang (rare earth) merupakan langkah yang didorong oleh kebutuhan pengembangan industri berkelanjutan di dalam negeri.
Kebijakan itu sejalan dengan standar pengelolaan internasional dan mencerminkan tanggung jawab China sebagai negara besar, bukan seperti yang diklaim oleh beberapa pihak sebagai langkah taktis balasan.
Langkah tersebut juga menggarisbawahi rasa tanggung jawab China sebagai pemasok utama mineral krusial di tingkat global serta komitmennya untuk memajukan pembangunan global yang berkelanjutan.
Pengendalian ekspor China terhadap item tertentu yang berkaitan dengan logam tanah jarang bukanlah hambatan perdagangan yang ditujukan kepada negara-negara tertentu, melainkan langkah bertanggung jawab untuk mematuhi kewajiban internasional dalam non-proliferasi. Diterapkan berdasarkan prinsip non-diskriminasi, kebijakan itu mencerminkan komitmen China dalam menjaga perdamaian global dan stabilitas regional.
Logam tanah jarang tidak hanya penting untuk produksi kendaraan energi baru (new energy vehicle/NEV), elektronik konsumen, dan turbin angin, tetapi juga memainkan peran yang tak tergantikan dalam peralatan militer canggih seperti jet tempur dan fasilitas nuklir. Mencegah pemanfaatan sumber daya strategis semacam itu untuk mengganggu perdamaian dan keamanan internasional merupakan kewajiban nonproliferasi yang menjadi tanggung jawab bersama semua negara.
Faktanya, pengendalian ekspor terhadap material strategis yang memiliki dua fungsi (dual-use) merupakan praktik yang diakui secara internasional dan hak sah negara-negara berdaulat untuk melindungi keamanan nasional serta memenuhi tanggung jawab internasional.
Selain itu, regulasi baru China mengenai logam tanah jarang mencerminkan reformasi industri yang diperlukan. Di masa lalu, pengembangan ekstensif dan tanpa regulasi telah menyebabkan devaluasi sumber daya dan kerusakan ekologi yang parah. Model yang tidak berkelanjutan tersebut tidak hanya menguras cadangan sumber daya alam negara, tetapi juga menimbulkan risiko terhadap stabilitas jangka panjang rantai pasokan industri global.

Langkah-langkah baru China, termasuk regulasi baru tentang pengelolaan logam tanah jarang yang diumumkan pada 2024, telah menunjukkan komitmen China untuk beralih ke pengembangan berkualitas tinggi dan berkelanjutan.
Kebijakan-kebijakan ity tidak hanya melindungi ekosistem domestik, tetapi juga memastikan pasokan logam tanah jarang yang lebih dapat diandalkan dan transparan bagi rantai industri global. Industri logam tanah jarang China yang diatur dengan baik dan ramah lingkungan pada akhirnya akan memberi manfaat bagi para pengguna global.
Kendati adanya pemberitaan yang menyesatkan dari beberapa media Barat, tujuan China adalah untuk meregulasi ekspor, bukan melarangnya serta memfasilitasi perdagangan yang mematuhi peraturan yang telah ditetapkan, bukan mengganggu aktivitas komersial yang normal.
Misalnya, sebagai tanggapan atas kekhawatiran yang diajukan oleh Uni Eropa (UE) dan pihak lainnya baru-baru ini, Menteri Perdagangan China Wang Wentao meyakinkan pihak UE bahwa China bersedia membentuk jalur hijau bagi permohonan yang memenuhi syarat dan mempercepat proses persetujuannya. Tim kerja terkait juga telah diarahkan untuk menjaga komunikasi yang tepat waktu mengenai hal ini.
Tanggapan-tanggapan konstruktif dan penyesuaian praktis ini menunjukkan komitmen tulus China untuk bekerja sama dengan mitra-mitranya dalam meminimalkan dampak dari langkah-langkah regulasi terhadap perdagangan yang sah.
Seiring dengan semakin dalamnya gesekan ekonomi dan perdagangan antara China dan Amerika Serikat serta adanya pembatasan yang tidak berdasar terhadap sektor-sektor teknologi strategis, upaya China untuk memperkuat pengelolaan sumber daya strategisnya kerap menjadi sasaran spekulasi. Namun, memandang langkah ini semata-mata sebagai alat tawar-menawar jangka pendek sama halnya dengan meremehkan kedalaman strategis dari keputusan kebijakan China.
Regulasi tanah jarang China merupakan keputusan yang bijaksana, yang didasarkan pada norma-norma internasional yang diterima secara luas, kebutuhan negara tersebut akan pengembangan industri yang berkelanjutan, serta tanggung jawabnya sebagai negara besar.
Daripada terjebak dalam kecemasan terhadap "pemisahan diri" (decoupling) atau kesalahpahaman yang menganggap logam tanah jarang sebagai "senjata strategis," akan lebih konstruktif bagi negara-negara Barat untuk berfokus pada pemahaman dan penyesuaian terhadap langkah-langkah baru China.
Hanya melalui dialog yang terbuka dan kerja samalah semua pihak dapat membantu memastikan bahwa sumber daya krusial ini terus mendukung kemajuan teknologi global dan transisi hijau dalam kerangka kerja yang damai dan berkelanjutan.
Pewarta: Xinhua
Editor: Benardy Ferdiansyah
Copyright © ANTARA 2025