Psikiater bagikan cara atasi ide bunuh diri pada remaja

3 hours ago 2
...Kurangnya validasi emosi saat kecil membuat anak tidak bisa mengungkapkan perasaannya, sehingga mekanismenya malah melukai diri

Samarinda (ANTARA) - Psikiater Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Atma Husada Mahakam Samarinda, Kalimantan Timur dokter Sri Purwatiningsih membagikan cara mengatasi ide bunuh diri yang kerap muncul pada kalangan remaja sebagai dampak dari berbagai tekanan mental yang dialami.

"Jangan sampai menunggu dia mewujudkan itu (bunuh diri), jadi kalau sudah ada pikiran-pikiran bunuh diri sebaiknya harus langsung berobat," kata Sri di Samarinda, Minggu.

Ia pun mendorong para orang tua untuk lebih peka terhadap perubahan perilaku anak yang menjadi gejala depresi, seperti wajah yang selalu tampak sedih, kehilangan minat pada hobi, serta mudah lelah.

Menurut Sri, penanganan sejak dini dengan berkonsultasi kepada ahli dapat mencegah kondisi mental remaja memburuk hingga ke tahap yang mengancam nyawa.

"Komunikasi yang terbuka dan dukungan penuh dari keluarga menjadi fondasi terpenting bagi remaja untuk membangun mekanisme pertahanan diri yang lebih sehat dalam menghadapi tekanan," jelas Sri.

Ia menegaskan bahwa munculnya pikiran atau adanya percobaan bunuh diri merupakan kondisi gawat darurat dalam dunia psikiatri yang harus segera mendapatkan penanganan medis.

Sri menyoroti kesadaran remaja di Samarinda untuk mencari bantuan profesional sudah mulai meningkat, terbukti banyak dari mereka yang datang atas inisiatif sendiri untuk berkonsultasi.

Lebih lanjut, dia menjelaskan pula bahwa tindakan melukai diri sendiri (self harm) merupakan mekanisme keliru yang dipilih remaja untuk meredakan perasaan sedih, cemas, atau marah yang tidak bisa mereka ungkapkan.

Baca juga: Apa hukumnya orang yang mengakhiri hidupnya sendiri dalam Islam?

Perilaku ini menjadi jalan keluar sesaat bagi mereka yang tidak bisa mengungkapkan emosinya secara sehat karena berbagai faktor, salah satunya pola asuh yang salah sejak kecil.

Sri membedakan antara perilaku melukai diri dengan bunuh diri, di mana hal tersebut tidak selalu bertujuan mengakhiri hidup, melainkan untuk mencari ketenangan dari gejolak emosi.

Namun, ia mengingatkan jika kondisi kejiwaan yang mendasarinya seperti depresi tidak ditangani secara serius, maka ide bunuh diri bisa muncul sebagai tahap selanjutnya yang lebih membahayakan.

Penyebabnya pun beragam, mulai dari gangguan jiwa seperti depresi dan cemas, faktor lingkungan seperti perundungan di sekolah, hingga riwayat genetik dalam keluarga.

"Kurangnya validasi emosi saat kecil membuat anak tidak bisa mengungkapkan perasaannya, sehingga mekanismenya malah melukai diri," jelasnya.

Baca juga: Sosiolog: Penguatan agen sosial masyarakat cegah aksi bunuh diri

Baca juga: KPAI: Ibu bunuh diri usai racuni anak di Bandung filisida maternal

Fenomena ini, imbuh dia, sangat rentan terjadi pada remaja dengan rentang usia 12 hingga 19 tahun, di mana perempuan memiliki risiko 1,5 kali lebih besar dibandingkan dengan laki-laki.

Pewarta: Ahmad Rifandi
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |