Manado (ANTARA) - Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) dalam laporan aktivitas Gunung Karangetang menyebutkan sesekali terjadi guguran lava pijar dari kawah dua Gunung Karangetang, di Pulau Siau, Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulut.
"Secara visual sinar api samar-samar 10 meter. Bara api mengecil dan sesekali terjadi guguran lava pijar lebih kurang 50 meter," kata Ketua Pos PGA Karangetang, Yudia P Tatipang dalam laporan pengamatan tanggal 18 Oktober 2025 yang dibagikan dalam grup percakapan 'Info Gunung Api Sitaro', Minggu.
Luncuran lava pijar tersebut menuju area kawah utara dan selatan, sebagian masuk ke Kali Hiung lebih kurang 50 meter.
Selanjutnya, suara atas bunyi gemuruh sering terdengar agak lemah hingga kuat.
Yudia menyebutkan, pada periode pengamatan tersebut terekam gempa embusan sebanyak 174 kali, dengan amplitudo : 5-50 milimeter selama 26.12-30.95 detik, gempa tremor non-harmonik sebanyak dua kali dengan amplitudo 20 milimeter, durasi 62.83-67.67 detik.
Terekam juga gempa tremor harmonik sebanyak satu kali dengan amplitudo 50 milimeter, durasi : 64.38 detik, gempa hybrid/fase banyak sebanyak satu kali dengan amplitudo : 5 milimeter, S-P : 0 detik, Durasi : 11.12 detik.
Selanjutnya, gempa vulkanik dalam sebanyak dua kali dengan amplitudo : 5-20 milimeter, S-P : 0.44-1.72 detik, durasi : 10.17-11.38 detik) serta gempa tektonik jauh sebanyak lima kali dengan amplitudo 7.5-50 milimeter, S-P : 13.67-17.22 detik, durasi : 50.24-72.7 detik.
"Gempa embusan masih mendominasi seismogram, sementara tingkat aktivitas pada Level II (Waspada)," katanya menambahkan.
Yudia berharap warga mematuhi radius bahaya yang direkomendasikan di antaranya, masyarakat dan pengunjung/wisatawan tidak mendekati, tidak melakukan pendakian dan tidak beraktivitas di dalam zona prakiraan bahaya yaitu radius 1.5 kilometer dari puncak kawah dua (kawah utara) dan kawah utama (selatan) serta area perluasan sektoral ke arah selatan barat daya sejauh 2.5 kilometer.
Masyarakat juga diimbau mewaspadai guguran lava dan awan panas guguran yang dapat terjadi sewaktu-waktu dari penumpukan material lava sebelumnya karena kondisinya belum stabil dan mudah runtuh, terutama ke sektor selatan, tenggara, barat dan barat daya.
Pewarta: Karel Alexander Polakitan
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

















































