Jakarta (ANTARA) - Pertamina Upstream Regional Jawa mengedukasi anak-anak sejak dini tentang respons dalam situasi darurat, sekaligus mengajarkan cara menjaga kesehatan diri dan membangun kebiasaan hidup sehat.
"Kegiatan tersebut sekaligus memperingati Bulan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Nasional. Selain itu, kegiatan itu juga berupaya untuk mengubah pandangan bahwa anak-anak tidak mampu berperan dalam keadaan darurat," kata Analyst OHIH Regional Jawa Niken Dyah Pawestri dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Selasa.
Dia menyoroti tingginya tingkat keterlambatan dalam menangani kasus gawat darurat di rumah, yang sering berujung pada kematian.
Terinspirasi dari negara-negara yang telah memberdayakan anak-anak melalui edukasi, Niken dan tim Tim Health, Security, Safety and Environment (HSSE) Regional Jawa berupaya memaksimalkan golden time dengan melibatkan anak-anak sebagai responder pertama di rumah, ketika orang dewasa tidak ada.
"Kami berharap dapat mengedukasi lebih banyak anak-anak bangsa, sehingga kondisi kegawatdaruratan di rumah bisa lebih cepat tertangani," katanya.
Edukasi dikemas dalam bentuk materi interaktif dan menarik yang disajikan di stan-stan pameran. Salah satunya adalah self-care stan yang menampilkan informasi pentingnya menjaga kesehatan tubuh melalui pola makan sehat dan bergizi serta kebersihan diri.
Edukasi cara menyikat gigi yang benar untuk mencegah gigi berlubang ditampilkan di stan Tooth Fairy. Sementara, stan Family to Rescue memberikan pembekalan kepada anak-anak dengan keterampilan merespons keadaan darurat.
Dengan studi kasus interaktif, anak-anak juga belajar teknik resusitasi jantung paru (RJP) dan langkah-langkah penangan orang yang tidak sadarkan diri.
"Anak-anak juga diajarkan cara mengamati keadaan darurat dan menghubungi layanan gawat darurat seperti 119 atau 112 dalam situasi kritis," ujar Niken.
Ia menambahkan edukasi tersebut memberikan mereka keterampilan penting yang tidak hanya menyelamatkan nyawa, tetapi juga mengajarkan mereka untuk peduli dan bertindak cepat dalam situasi darurat, yang mempersiapkan mereka menjadi pahlawan cilik yang siap membantu kapan saja dan di mana saja.
"Sebagai perusahaan yang menempatkan keselamatan dan kesehatan sebagai prioritas, edukasi seperti ini bukan kali pertama digelar oleh Pertamina Regional Jawa," ucapnya.
Namun berbeda dengan biasanya, lanjutnya, di 2025 perusahaan hulu migas tersebut mengusung konsep baru dengan melibatkan siswa didik berusia 9-15 tahun sebagai peserta utama.
Melalui kolaborasi dengan PT Pertamina Bina Medika-IHC, acara itu melibatkan 15 tenaga medis, termasuk dokter umum, dokter gigi, dan tim darurat, yang memberikan materi serta demonstrasi langsung.
Tim HSSE Regional Jawa berencana menjadi kegiatan ini menjadi program tahunan yang berdampak luas, membekali lebih banyak anak dengan keterampilan kesehatan dan keselamatan sejak dini guna menciptakan lingkungan yang lebih tanggap dan peduli terhadap kegawatdaruratan.
Rifda Hanifah, satu dari 101 anak peserta Health Exhibition. Dalam kegiatan tersebut, kedua telapak tangan Rifda, gadis yang masih duduk di bangku sekolah dasar kelas 6 terkepal kuat membentuk seperti bola.
Dengan posisi berdiri, lengannya mengayun melingkari badan temannya, menempel di atas pusar orang yang berperan sebagai korban tersedak. Kedua kakinya menapak lantai membentuk kuda-kuda.
Seketika energinya dialirkan menuju kepalan tangan, menekan ke perut dan menghentakkan ke atas hingga benda yang menyumbat keluar saluran napas temannya, menyembur keluar.
"Sekarang saya tahu kalau teman saya tersedak, saya bisa bantu dengan cara yang benar," cerita Rifda, sembari menirukan gerakan penyelamatan seperti yang dicontohkan oleh tim medis.
"Aku sempat ragu, tetapi setelah mempraktikkan langsung, aku merasa lebih percaya diri," tambah Rifda sembari tersenyum menceritakan pengalaman pertamanya mengikuti edukasi kesehatan dan keselamatan.
Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Hisar Sitanggang
Copyright © ANTARA 2025