Perlu upaya serius kurangi ketergantungan impor pertanian

2 months ago 21
Masa akan dibiarkan terus bergantung pada impor?

Jakarta (ANTARA) - Pemerintah dinilai perlu melakukan upaya serius untuk mengurangi ketergantungan impor komoditas pertanian vital, termasuk kedelai dan susu dari Amerika Serikat (AS).

Pernyataan itu disampaikan peneliti dari Centre of Reforn on Economics (CORE) Eliza Mardian saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat, menanggapi kesepakatan dagang baru antara Indonesia dan AS.

Indonesia telah sepakat membeli produk pertanian AS senilai 4,5 miliar dolar AS sebagai bagian dari perjanjian tarif 19 persen yang dikenakan AS pada Indonesia. Sementara produk-produk AS akan memasuki Indonesia tanpa tarif atau nol persen.

Eliza mencontohkan untuk komoditas jagung, Indonesia sebetulnya surplus, tetapi impor tetap dilakukan, terutama untuk kebutuhan pakan ternak.

Baca juga: Peneliti: RI perlu tambah hambatan non-tarif untuk produk pertanian AS

"Mayoritas peternak itu di Pulau Jawa, sementara sentra jagung mayoritas di luar Jawa. Karena biaya logistik dalam negeri relatif mahal, jadi harga jagung dalam negeri tidak kompetitif dibandingkan impor," paparnya.

Akibatnya, peternak cenderung memilih pakan ternak dari jagung impor dan limbah kedelai impor karena harganya lebih murah.

Situasi berbeda terjadi pada komoditas lain seperti kedelai dan susu.

Dia menyebut, produksi dalam negeri untuk kedua komoditas ini belum mampu memenuhi kebutuhan domestik, sehingga impor dibutuhkan.

Baca juga: Kementan: Kolaborasi pemerintah-swasta penting untuk swasembada susu

Namun, Eliza menegaskan, pentingnya upaya serius dari pemerintah untuk mengurangi ketergantungan impor pada komoditas-komoditas vital ini.

"Masa akan dibiarkan terus bergantung pada impor?" katanya.

Menurut dia, belum ada upaya signifikan dalam mengurangi ketergantungan impor kedelai, jagung, susu, dan daging.

“Kalau ini butuh RnD (penelitian dan pengembangan), dan kebijakan harga yang berkeadilan dan pasti bagi petani sebagaimana kebijakan pembelian gabah kering panen oleh pemerintah (HPP) Rp6.500 per kg,” tuturnya.

Baca juga: Kementan targetkan swasembada susu 2029 dengan Peta Jalan Susu Segar

“Kalau padi sudah mulai ada kelihatan hasilnya,” katanya lagi.

Menurut laporan "2024 United States Agricultural Export Year Book" dari Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), total ekspor pertanian AS ke Indonesia pada 2024 mencapai 2,9 miliar dolar AS, menurun empat persen dibanding tahun sebelumnya.

AS menjadi pemasok produk pertanian terbesar keempat bagi Indonesia, setelah Brasil, China, dan Australia.

Kedelai menjadi komoditas ekspor pertanian AS terbesar ke Indonesia, dengan nilai mencapai 1,3 miliar dolar AS. Indonesia sendiri merupakan importir kedelai terbesar keempat dari AS setelah China, Uni Eropa, dan Meksiko.

Baca juga: Kementan: Inpres P2SDN dibutuhkan untuk percepat produksi susu-daging

Selain kedelai, Indonesia juga mengimpor berbagai produk pertanian lain dari AS, termasuk biji-bijian penyuling (distillers grains) untuk bahan pakan ternak, susu, gandum, kapas serta daging sapi dan olahannya.

Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |