Perjuangan ibu rumah tangga di balik program "cofiring" PLTU

1 month ago 17

Bengkayang (ANTARA) - Di balik nyala listrik yang stabil dan bersih dari PLTU Bengkayang, Kalimantan Barat, tersimpan kisah tentang tangan-tangan kecil yang bekerja dalam senyap. Mereka bukan teknisi, bukan insinyur, melainkan ibu rumah tangga.

Mereka adalah sosok-sosok tangguh yang mengumpulkan limbah serbuk gergaji, menopang program cofiring biomassa dari akar rumput menuju energi bersih yang jarang tersorot.

PLTU Bengkayang menerapkan teknologi cofiring, yaitu mencampurkan biomassa berupa sisa-sisa olahan kayu ke dalam pembakaran batubara, sejak Juli 2024.

Setiap pagi, sebelum matahari tinggi, Selawati, ibu muda berusia 21 tahun warga Desa Duri 2, kecamatan Sungai Kunyit Kabupaten Mempawah sudah bersiap. Dengan satu anak yang ditinggal sebentar di rumah, ia dan sang suami mulai memasukkan serbuk kayu sisa-sisa kayu yang digergaji dari tempat penggergajian kayu dekat rumahnya.

Kegiatan itu telah menjadi rutinitas harian, menggantikan pekerjaan lamanya yang jauh lebih berat dan berisiko.

"Dulu saya cari kayu cerocok ke hutan, satu jam naik perahu. Sekarang tinggal kumpulkan sawdust (serbuk kayu) depan rumah," ujar Selawati sambil tersenyum dan tangannya tetap sibuk memasukkan serbuk kayu ke karung.

Dalam sehari, mereka bisa mengumpulkan 50–60 karung. Setiap karung dihargai Rp4.000 oleh PT Senator Karya Manages (SKM), mitra PLN dalam penyediaan bahan cofiring untuk PLTU.

Selawati tinggal di sebuah desa yang letaknya strategis, tak jauh dari dua proyek raksasa negara: Smelter PT BAI dan Pelabuhan Internasional Kijing. Namun, meski berada di jantung pembangunan nasional, denyut kehidupan warga di sini tetap berpijak pada alam.

Desa Sungai Duri 2 merupakan desa mandiri, jalan-jalannya sudah mulus, memudahkan akses ke kota dan pelabuhan. Namun, sumber penghasilan utama warganya belum banyak berubah, sebagian warga bekerja sebagai pencari kayu di hutan, sebagai nelayan dan pedagang kecil.

Mereka tetap hidup bersahaja, menggantungkan harapan dari hutan dan laut, bahkan ketika proyek-proyek besar terus tumbuh di sekeliling mereka.

Bagi Selawati, keberadaan smelter dan pelabuhan internasional belum sepenuhnya mengubah kesehariannya. Dia bukan satu-satunya. Ada puluhan ibu rumah tangga di kampung itu yang kini menggantungkan hidup dari limbah serbuk kayu.

Satu demi satu karung yang dikumpulkan berarti satu demi satu kebutuhan rumah tangga yang terpenuhi. Di tengah keterbatasan, program ini menjelma jadi harapan.

Program cofiring biomassa tidak hanya mengubah arah pengelolaan energi nasional menuju energi bersih, tetapi juga membuka lapangan kerja informal bagi masyarakat sekitar, terutama kaum perempuan yang sebelumnya hanya menjadi buruh kasar atau pengangguran tak berpenghasilan.

Sementara itu, di sudut lain Kalimantan Barat, tepatnya di Desa Megatimur, Sungai Ambawang, Kubu Raya, seorang ibu rumah tangga lain turut merasakan dampak nyata program cofiring. Namanya Baiti (25), ibu dua anak yang kini bekerja di fasilitas produksi biomassa milik CV Rezeki Insan Lestari (RIL), mitra PLN yang menyuplai wood chip ke PLTU Bengkayang.

Setiap pagi, Baiti bersama rekan kerjanya, Apung, mendorong gerobak kecil berisi potongan kayu menuju mesin pencacah. Jaraknya hanya lima meter, namun langkah mereka membawa lebih dari sekadar kayu, mereka menggerakkan roda ekonomi rumah tangga mereka sendiri.

"Saya dibayar Rp75 ribu per hari. Dulu cuma dapat Rp50 ribu per hari sebagai buruh cuci," kenang Baiti.

Kini, ia bahkan bisa menabung dan ikut arisan mingguan. Penghasilan tetap yang sebelumnya hanya impian, kini jadi kenyataan.

Dengan jam kerja yang relatif manusiawi, pukul 08.00 hingga 11.00, istirahat, lalu lanjut pukul 13.00 sampai 17.00, Baiti bisa tetap mengurus rumah dan anak-anaknya. Program ini bukan hanya membuka lapangan kerja, tetapi juga memberikan ruang bagi perempuan untuk tetap menjalankan peran ganda mereka tanpa terpinggirkan.

Editor: Sapto Heru Purnomojoyo
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |