Jakarta (ANTARA) - Konsultan infeksi dan penyakit tropis anak FKUI RSCM Dr.dr.Mulya Rahma Karyanti, Sp.A(K),M.Sc,PhD mengatakan penularan infeksi virus dengue dapat terjadi melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.
“Penularan infeksi virus dengue adalah melalui faktor gigitan nyamuk aedes aegypti, dan hanya betina yang bisa menularkan virus dengue ya. Karena dia yang perlu menghisap darah untuk bisa bertelur,” kata dokter Mulya dalam webinar yang dipantau dari Jakarta, Rabu.
Sementara nyamuk jantan, kata dia, tidak menghisap darah dan hanya menghisap tumbuh-tumbuhan, dan nyamuk betina, jika telah menggigit seorang penderita, maka secara teori masih bisa menularkan dalam radius sekitar 100-200 meter.
Baca juga: Kemenkes: DBD ada di Indonesia sepanjang tahun, perlu diwaspadai
Berkaca pada musim pandemi, kata dia, dalam satu rumah dengan beberapa anak, bisa saja anak satu dan lainnya dapat terkena dengue. Hal ini karena sistem yang membatasi aktivitas atau pembatasan sosial.
Ia menegaskan bahwa penularan terjadi bukan lewat droplet atau lewat aerosol nyamuk atau kontak langsung dengan penderita pertama namun tetap melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.
Dia pun menyerukan kepada masyarakat untuk melakukan tindakan 3M, dengan membersihkan wadah-wadah yang bisa menampung genangan air bersih sebagai tempat nyamuk bersarang.
Baca juga: Dokter pesan jangan anggap remeh Demam Berdarah Dengue
“Minimal satu kali seminggu saja membantu untuk melakukan 3M. Menguras, menimbun, menutup. Maksudnya kamar mandi disikat,” katanya lagi.
Ia juga meminta masyarakat untuk melakukan pengecekan pada beberapa titik rumah yang kadang tidak terlihat sehingga jarang dibersihkan misalnya dispenser air, rumah bagian bawah dan beberapa titik lainnya termasuk pot bunga, tempat minuman hewan peliharaan.
Pencegahan lain yang bisa dilakukan yakni seiring dengan perkembangan teknologi, kini telah ada vaksin dengue yang dapat dimanfaatkan dari usia 6 tahun hingga 45 tahun.
Baca juga: Kenali gejala Demam Berdarah Dengue (DBD) pada orang dewasa
“Diberikan dengan 2 dosis dengan interval 3 bulan,” jelasnya.
Adapun efektivitas untuk mencegah dengue berat hingga 86 persen, sehingga terbilang baik. Meski vaksin mampu memberikan perlindungan, kata dia, namun kebiasaan 3M juga tetap dilakukan masyarakat sebagai upaya pencegahan.
Lebih lanjut, teknologi yang kini juga telah ada yakni inovasi nyamuk yang diberikan bakteri wolbachia sehingga nyamuk tidak menularkan virus dengue.
Baca juga: Takeda apresiasi Kemenkes dalam upaya pengendalian DBD di Indonesia
Baca juga: Kemenkes imbau masyarakat waspadai penyakit DBD di musim hujan
Pewarta: Sinta Ambarwati
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2025