Yogyakarta (ANTARA) - Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq menegaskan tentang pentingnya perlindungan kawasan karst dalam kebijakan lingkungan daerah utamanya untuk tetap menjaga keseimbangan alam.
"Bencana banjir yang terjadi akhir Maret 2025 kemarin harus menjadi peringatan. Karst bukan hanya batu - dia menyimpan air, menopang kehidupan, dan mencerminkan keseimbangan alam," kata Hanif dalam siaran pers Humas KLH/BPLH yang diterima di Yogyakarta, Senin.
Menteri LH telah meninjau pelaksanaan pemulihan lingkungan di kawasan ekosistem karst Gunung Sewu Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang menandai komitmen kuat pemerintah dalam mendorong transformasi pengelolaan lahan bekas tambang menjadi ruang hidup dan ekonomi yang berpihak pada masyarakat.
"Masyarakat mencoba mentransformasikan diri dari kegiatan yang eksploitatif terhadap batu gamping menjadi konservasi, tidak gampang merubah hal ini, maka saya sangat mendukung dan menghargai yang telah dilakukan masyarakat di sini dalam menjaga keseimbangan ekosistem," kata Menteri LH itu.
Wilayah karst Gunung Sewu Gunungkidul merupakan kawasan lindung strategis nasional yang luasnya mencapai lebih dari 75.000 hektare. Namun, sejarah panjang aktivitas penambangan batu gamping telah meninggalkan luka ekologis.
Oleh karena itu, melalui pendekatan regeneratif, KLH/BPLH bersama pemerintah daerah dan masyarakat kini menghadirkan solusi pemulihan yang tak hanya fokus pada aspek ekologis, tetapi juga memulihkan martabat dan keberdayaan warga.
"Karst merupakan kawasan yang penting, karena stok karbon dunia, bila terganggu maka berbahaya, karena nilai karbonnya lebih tinggi daripada pohon," kata Menteri Hanif.
Baca juga: Menteri LH tinjau embung Wukirsari Bantul lokasi terdampak banjir
Lokasi yang dikunjungi adalah Pasar Ekologis Argo Wijil di Desa Gari, Kecamatan Wonosari, Gunungkidul, yang merupakan bekas lokasi tambang aktif dari tahun 1976 hingga 2006 yang kini disulap menjadi pusat ekonomi desa.
Saat ini, pasar yang dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) setempat tersebut dapat menghidupkan kembali aktivitas ekonomi warga, melibatkan puluhan pedagang lokal yang sebagian besar adalah ibu rumah tangga dan mantan penambang.
"Kita tidak bisa bicara soal pemulihan lingkungan kalau masyarakat yang tinggal di sekitarnya tidak diberdayakan. Kita juga di sini bukan hanya menanam pohon atau membangun embung, tetapi menanam harapan dan membangun kemandirian," katanya.
Baca juga: Menteri LH sebut pemerintah serius tangani permasalahan sampah
Baca juga: Menteri LH: Permasalahan sampah di DIY tidak sederhana
Pewarta: Hery Sidik
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2025