Pemprov Jatim kirim 9.825 vaksin tangani KLB campak Sumenep

3 weeks ago 4

Surabaya (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengirim 9.825 botol vaksin Measles dan Rubella (MR) ke Dinas Kesehatan Sumenep untuk menangani kejadian luar biasa (KLB) campak yang menimbulkan 2.035 kasus dan 17 kematian.

“KLB Campak yang terjadi di Sumenep menjadi perhatian kita bersama. Kami sudah melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Sumenep dan Dinas Kesehatan Jatim serta dengan Kemenkes,” kata Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa di Surabaya, Jumat.

Dari koordinasi itu, kata Khofifah, pihaknya sudah mengirimkan vaksin MR untuk campak sebanyak 9.825 botol ke Sumenep sebagai Outbreak Response Imunization atau ORI.

Baca juga: Dokter: KLB Campak karena penurunan imunisasi dasar lengkap bayi

Tak hanya itu, Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga memberikan on the job training (OJT) pembuatan kajian epidemiologi KLB penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) ke seluruh puskesmas di Kabupaten Sumenep sebagai upaya penanggulangan.

Selain itu, digelar pertemuan koordinasi lintas batas Madura Raya dan Surabaya Raya dengan output berupa dokumen kesepakatan penanggulangan KLB PD3I.

"Jadi penting juga melibatkan Surabaya Raya untuk mencegah campak ini agar tidak menyebar ke daerah lain. Bersamaan dengan pengamanan ini, kita juga langsung bergerak cepat memasifkan imunisasi terutama anak-anak," kata Gubernur Khofifah.

Bersinergi dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Pemprov Jatim juga melakukan rapat koordinasi terbatas bersama Komite Ahli Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (Komli PD3I) Indonesia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan Dinas Kesehatan Sumenep untuk membahas KLB campak serta rekomendasi penanggulangannya.

"Secepatnya akan kami lakukan Outbreak Response Imunization atau ORI. Berdasarkan kajian epidemiologi sampai dengan 14 Agustus lalu, maka ORI campak akan dilakukan di 26 wilayah puskesmas di Sumenep untuk mencegah transmisinya," ujarnya.

Baca juga: KPAI minta orang tua berikan anak imunisasi campak

Sasaran ORI adalah anak-anak berusia 9 bulan hingga 6 tahun. Tindakan ini akan dilaksanakan serentak mulai 25 Agustus sampai 14 September mendatang dengan pemberian satu dosis vaksin MR tanpa melihat status imunisasi sebelumnya.

Setelah ORI, akan dilakukan imunisasi kejar pada anak-anak yang belum lengkap imunisasi campak sesuai usia. Demi kesuksesan ORI, Gubernur Khofifah telah melakukan koordinasi dengan mitra potensial terkait pendampingan dan kunjungan kepada sasaran yang menolak imunisasi.

Langkah lain adalah surveilans aktif rumah sakit (SARS) dan Hospital Record Review (HRR) di RSUD Dr. H. Moh. Anwar, RSI Garam Kalianget, serta RSU Sumekar.

"Saya juga meminta kepada masyarakat untuk aktif mendorong awareness terkait gejala, komplikasi, dan pencegahan campak dengan imunisasi. Intinya target pelaksanaan ORI ini minimal 95 persen agar anak-anak terlindungi dan nantinya membentuk herd immunity," katanya.

Sebagai informasi, campak merupakan penyakit yang disebabkan virus campak dan menular melalui percikan ludah saat batuk atau bersin.

Penyakit ini memiliki laju reproduksi (R0) 17–18, artinya satu kasus positif dapat menularkan ke 17–18 orang lainnya.

Gubernur Khofifah mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai campak dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), protokol kesehatan, serta imunisasi campak rubela sesuai usia.

Baca juga: Wali Kota Jaktim ingatkan orang tua imunisasi campak anak-anaknya

Baca juga: Menkes akui kenaikan kasus campak dampak fokus penanganan COVID-19

"Kalau sekiranya sudah ada gejala campak, bisa dilakukan isolasi mandiri bagi kasus ringan selama 7 hari. Kalau sudah berat, harus segera dibawa ke rumah sakit. Kemudian, jauhkan pasien dari orang-orang yang sekiranya punya kekebalan tubuh lemah. Jangan lupa mengonsumsi vitamin A," katanya.

Khofifah menyatakan malam ini juga ia akan ke Sumenep untuk mengecek secara langsung. "Kami berharap upaya yang dilakukan dimudahkan dan masyarakat Jawa Timur senantiasa diberi kesehatan," katanya.

Pewarta: Willi Irawan
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |