Pemerhati ingatkan peran sekolah-ortu cegah intoleransi anak pada HAN

1 month ago 16
lembaga pendidikan cenderung menjadi incaran kelompok intoleran karena dirasa lebih efektif untuk menanamkan pemahaman tertentu sejak usia dini

Jakarta (ANTARA) - Pemerhati anak dan keluarga Maharani Ardi Putri mengingatkan peran penting sekolah dan orang tua (ortu) dalam mencegah anak terpapar virus intoleransi dan radikalisme pada momentum peringatan Hari Anak Nasional 2025.

“Apabila anak kita mendapati materi pembelajaran dari sekolahnya yang sekilas terlihat agamis, tetapi sebenarnya mendiskreditkan pihak ataupun golongan tertentu, orang tua perlu hadir sebagai teman dialog bagi anak,” kata Maharani dalam keterangan di Jakarta, Rabu.

Ia menyampaikan hal itu karena lembaga pendidikan cenderung menjadi incaran kelompok intoleran karena dirasa lebih efektif untuk menanamkan pemahaman tertentu sejak usia dini.

“Kondisi ini memperlihatkan bahwa jika tidak diawasi, guru atau aktivitas ekstrakurikuler dapat berpotensi menyebarkan paham diskriminatif. Oleh karena itu, sistem pengawasan internal dan evaluasi kurikulum secara berkala harus diterapkan,” tuturnya.

Ia menjelaskan sekolah umum maupun sekolah berbasis agama merupakan pilihan yang sah bagi orang tua. Kurikulum di sekolah agama dirancang menyesuaikan ajaran kepercayaan, sementara sekolah umum tidak berpusat pada agama tertentu.

Baca juga: Mendikdasmen ungkap 6 keterampilan yang harus dikuasai anak Indonesia

“Namun, perlu diingat bahwa yang krusial bukan label agama pada nama lembaga pendidikannya, melainkan kompetensi pendidik dan cara penyampaian materi yang mampu menanamkan nilai toleransi,” pesan Maharani.

Menurut dia, pemahaman guru terhadap ajaran agama harus diuji secara kritis sebelum mereka mengajar. Perlu direkrut guru yang memiliki latar belakang moderasi jika sekolah berbasis agama hendak menanamkan nilai toleransi.

Ketika suatu lembaga pendidikan merekrut guru atau tenaga pengajar, kecakapan metodologis harus diutamakan. Cara pengajaran yang bebas dari bias ekstrem dinilai akan membuat materi agama bisa disampaikan dalam kerangka inklusif dan antiradikal.

Selain sekolah, Maharani menekankan pendidikan utama anak justru dimulai dari lingkungan keluarga. Dalam hal ini, orang tua diminta untuk aktif memantau dan memvalidasi apa yang dipelajari anak di sekolah.

Ia pun menyarankan agar orang tua mengajak anak berdialog tentang materi pelajaran, bukan sekadar menerima begitu saja pembelajaran dari sekolah.

Sekolah memang merupakan mitra bagi orang tua, tetapi tanggung jawab utama pembentukan anak tetap di tangan orang tua. Bila ditemukan materi yang meragukan, orang tua diwajibkan berkomunikasi langsung dengan pihak sekolah untuk klarifikasi.

Baca juga: Hari Anak Nasional, 1.310 anak binaan terima pengurangan masa pidana

Maharani juga menekankan pentingnya pembentukan kemampuan berpikir kritis pada anak sebagai benteng melawan hoaks dan pemahaman ekstrem.

“Sebagai orang tua yang bertanggung jawab bagi anaknya, dialog yang sehat akan lebih efektif dalam membentengi anak dari pemikiran intoleransi, ketimbang orang tua hanya melarang secara sepihak saja,” kata dia.

Maharani menyebut ekosistem pendidikan, sekolah, dan keluarga, harus bersinergi untuk menghadapi tantangan ini.

Sekolah menyediakan kerangka nilai dan literasi kritis, sedangkan keluarga memberikan teladan nyata dalam kehidupan sehari‑hari. Dengan demikian, kata dia, anak mendapatkan dua lapis perlindungan, yaitu materi pembelajaran yang moderat serta suasana rumah yang menghargai keberagaman.

Dia mengingatkan bahwa intoleransi, radikalisme, dan terorisme tumbuh subur jika ruang dialog dan pengawasan bersama terhadap anak lemah.

“Melalui seleksi guru yang bertanggung jawab, pengawasan kurikulum, pendampingan orang tua, dan pembiasaan berpikir kritis, paham-paham berbahaya dapat dicegah sejak dini. Pendidikan, baik formal maupun informal, harus direvitalisasi sebagai pilar persatuan yang kokoh di tengah pluralitas Indonesia,” kata Maharani.

Pewarta: Fath Putra Mulya
Editor: Edy M Yakub
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |