PBNU: Kunjungan Trump ke Negara Teluk sinyal penguatan hubungan AS

5 hours ago 3
Kunjungan Trump dipandang sebagai bentuk penguatan hubungan strategis antara Amerika Serikat dengan negara-negara Teluk

Jakarta (ANTARA) - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ulil Abshar Abdalla menilai kunjungan Presiden Amerika Serikat Donald Trump ke kawasan Teluk baru-baru ini menandai perubahan signifikan dalam kebijakan luar negeri AS terhadap negara-negara Arab.

"Ini adalah kunjungan yang mengejutkan, karena kali ini tidak ada Israel dalam daftar negara yang dikunjungi. Hal ini mencerminkan dinamika politik baru," ujar Ulil di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Trump, lawatan Teluk dan genosida Gaza: Antara stabilitas dan ambisi

Kunjungan Trump ini mencakup Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab, tanpa melibatkan Israel. Menurut Ulil, hal ini berbeda dengan kunjungan Trump pada 2017 yang juga menyertakan Israel dalam agenda perjalanannya.

Ulil menilai kunjungan ini terjadi dalam konteks perubahan signifikan setelah empat tahun pemerintahan Presiden Joe Biden. Selama masa itu, negara-negara Teluk dinilainya kehilangan pengaruh dalam hubungan dengan Washington.

"Selama era Biden, negara-negara Teluk seperti mati gaya. Biden dalam pidato perdananya pada 2020 bahkan menyebut tidak akan memberikan 'cek kosong' kepada negara-negara Arab, termasuk Mesir dan Arab Saudi," ujar Ulil.

Ulil menuturkan, dalam pidatonya Biden juga menyebut Arab Saudi sebagai 'negara pariah' menyusul pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.

Hal ini, kata Ulil, jelas memperburuk hubungan antara kedua negara dan mendorong Arab Saudi mendekat ke China dan Rusia.

Menurutnya, perubahan kebijakan ini terlihat dari langkah cepat Trump yang memilih kawasan Teluk sebagai tujuan kunjungan luar negeri pertamanya sejak kembali menjabat.

"Ini menunjukkan adanya pemulihan hubungan dan pergeseran orientasi geopolitik AS," ujarnya.

Ulil kemudian menyinggung ketegangan antara AS dan Israel jelang kunjungan tersebut. Dia menyebut adanya tekanan dari kelompok pro-Israel di Washington agar AS mengambil tindakan militer terhadap kelompok Houthi dan Iran, menyusul serangan drone ke Israel.

Namun, di kalangan pendukung Trump sendiri terdapat perbedaan pandangan. Satu pihak mendorong kebijakan 'America First', sementara yang lain mendukung aksi militer untuk kepentingan Israel, termasuk menyerang fasilitas nuklir Iran.

"Ini menunjukkan adanya tarik ulur dalam kubu internal Trump, antara kepentingan nasional Amerika dan kepentingan geopolitik Israel," kata Ulil.

Dalam kesempatan itu, Gus Ulil juga mengkritik pendekatan Israel yang dinilainya berupaya meminjam kekuatan AS untuk menyerang Iran.

"Ini seperti menggunakan tangan orang lain untuk memukul. Sebuah strategi yang cukup licik," ujar Ulil.

Sementara itu, Dosen Hubungan Internasional Program Studi Ketahanan Nasional Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (SKSG UI) Muhamad Syaroni Rofi’i menilai kunjungan Donald Trump ke tiga negara Teluk sebagai langkah strategis yang memperkuat dukungan terhadap blok Sunni di kawasan Timur Tengah.

Menurut Syaroni, ketiga negara yang dikunjungi Trump merupakan pemain kunci (key player) di kawasan yang tergabung dalam Gulf Cooperation Council (GCC) itu.

"Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar ini adalah pusat kekuatan Sunni di Timur Tengah, dan saat ini gerbong Sunni memang sedang berada di atas angin," ujarnya.

Dia menambahkan Blok Sunni selama ini merasa terancam oleh pengaruh Iran yang mewakili kekuatan Syiah. Sebab Iran dinilai kerap mengganggu stabilitas kawasan, baik secara langsung maupun melalui kelompok milisi seperti Houthi di Yaman.

"Negara-negara Teluk, terutama Arab Saudi, merasa was-was terhadap potensi serangan dari kelompok seperti Houthi yang diduga mendapat dukungan dari Iran. Ini menimbulkan kebutuhan akan jaminan keamanan yang lebih kuat,” katanya.

Dalam konteks inilah, tandas Syaroni, kunjungan Trump dipandang sebagai bentuk penguatan hubungan strategis antara Amerika Serikat dengan negara-negara Teluk.

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |