Semarang (ANTARA) - Perhimpunan Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik Indonesia (Pamki) menyoroti pentingnya mikrobiologi klinik dalam ketepatan pengobatan di dunia kedokteran modern, terutama terkait penyakit infeksi.
Ketua Umum Pamki Prof. dr. Anis Karuniawati, di Semarang, Jumat, menjelaskan bahwa program studi spesialis mikrobiologi klinik (SpMK) memang baru ada awal 1990-an.
"Di laboratorium, kalau patologi klinik, patologi anatomi itu sudah ada sebelumnya. Jadi, (SpMK) memang relatif lebih muda ya," katanya, di sela Kongres Nasional Pamki.
Ia mengatakan bahwa fasilitas dan sumber daya pemeriksaan mikrobiologi belum terlalu dianggap penting, padahal jenis mikroba sangat beragam dan pengobatannya berbeda-beda.
"Karena sepertinya kalau penyakit infeksi sudah pokoknya obatnya antibiotik gitu ya, tanpa tahu apa penyebabnya. Padahal, belum tentu bisa diobati dengan antibiotik tersebut," katanya.
Seiring dengan waktu, terutama saat gelombang pandemi COVID-19, kata dia, kesadaran terhadap pentingnya pemeriksaan mikrobiologi klinik semakin tinggi untuk menetapkan tatalaksana pengobatan.
Guru Besar Mikrobiologi Klinik FK Universitas Airlangga Prof. dr. Kuntaman, menambahkan bahwa profesi dokter spesialis mikrobiologi klinik mengalami perkembangan besar sejak 2005.
Baca juga: Peran mikrobiologi klinik atasi masalah penyakit infeksi di Indonesia
Jika sebelumnya mikrobiologi banyak bekerja di laboratorium, kata dia, kini mereka juga terlibat langsung dalam diskusi klinis dengan dokter penanggung jawab pasien.
"Dengan keterlibatan langsung, ketepatan pemberian antibiotik semakin meningkat dan kesalahan dalam terapi menurun tajam. Hal ini membuat pengobatan lebih terarah dan biaya perawatan lebih efisien," katanya.
Sementara itu, Direktur RSUP dr Kariadi Semarang dr. Agus Akhmadi juga menekankan pentingnya ketepatan dalam penggunaan antibiotik, yakni dengan pemeriksaan mikrobiologi klinik.
Ia mencontohkan pengalamannya saat mendampingi putranya yang menjadi pasien COVID-19 dengan kondisi kritis pada 2020.
“Pengobatan infeksi harus berdasarkan data mikrobiologi, bukan sekadar kebiasaan memberi obat. Kami di rumah sakit kini bekerja sama dengan dokter mikrobiologi agar pemberian antibiotik sesuai hasil kultur," katanya.
Dengan demikian, kata dia, pasien diharapkan lebih cepat sembuh, waktu perawatan bisa berkurang dan penggunaan obat mahal bisa ditekan.
Kongres Nasional Pamki berlangsung setiap tiga tahun sekali, dan tahun ini Kota Semarang yang menjadi tuan rumah, dengan agenda utama kongres adalah pemilihan Ketua Umum Pamki periode 2025–2028,
Baca juga: Ahli mikrobiologi klinik ingatkan mutasi virus berlangsung menerus
Bersamaan dengan kongres tersebut, digelar pula pertemuan ilmiah berupa workshop dan simposium seputar penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur.
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.