Jakarta (ANTARA) - Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya yang masih memegang teguh nilai-nilai tradisional, istilah pamali bukanlah sesuatu yang asing. Apa sih arti dan apakah masih relevan dengan era modern sekarang?
Pamali merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun dan masih diyakini oleh sebagian masyarakat hingga saat ini. Istilah ini mencerminkan larangan atau pantangan yang diyakini dapat mendatangkan nasib buruk jika dilanggar.
Secara etimologis, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pamali diartikan sebagai pantangan atau larangan yang bersumber dari adat dan kebiasaan masyarakat. Pamali berakar kuat pada kepercayaan masyarakat terhadap kekuatan tak kasat mata dan nilai-nilai budaya yang berfungsi mengatur perilaku sosial.
Budayawan Koentjaraningrat (1980) menyebut bahwa tata kehidupan masyarakat merupakan cerminan konkret dari nilai budaya yang bersifat abstrak. Dalam konteks ini, pamali berfungsi sebagai bagian dari sistem budaya yang membentuk cara berpikir dan bertindak masyarakat. Hidayat (2013) mengartikan pamali sebagai larangan yang diyakini akan mendatangkan bencana bila dilanggar, sedangkan Yayuk (2011) melihatnya sebagai bagian dari folklore atau tradisi lisan yang kaya makna dan nilai tersembunyi.
Baca juga: "Pamali", film horor kolaborasi dengan game
Ragam pamali di Indonesia
Sebagai negara yang kaya akan budaya dan adat istiadat, Indonesia memiliki ragam pamali yang berbeda-beda di setiap daerah. Di wilayah pedesaan, kepercayaan terhadap pamali cenderung masih kuat. Sementara di perkotaan, pengaruh modernisasi membuat sebagian orang mulai mempertanyakan relevansi pamali di masa kini.
Secara umum, pamali di Indonesia dapat dibedakan ke dalam beberapa kategori:
1. Pamali berdasarkan suku dan daerah: Setiap daerah memiliki pamali khas yang berkaitan dengan kondisi sosial dan budaya setempat. Misalnya, masyarakat Sunda memiliki larangan untuk menyapu rumah di malam hari, karena diyakini akan membuang rezeki. Di daerah lain, larangan serupa bisa memiliki makna yang berbeda.
2. Pamali yang berkaitan dengan alam: Beberapa pamali berkaitan erat dengan lingkungan, seperti larangan memasuki hutan pada malam hari atau melanggar kawasan keramat. Hal ini merefleksikan upaya masyarakat menjaga harmoni dengan alam dan penghormatan terhadap roh-roh penjaga tempat tertentu.
3. Pamali dalam kehidupan sosial: Dalam ranah sosial, pamali turut berperan dalam mengatur interaksi antarindividu, seperti larangan duduk di depan pintu bagi perempuan atau kewajiban menjaga sopan santun saat bertamu ke rumah orang lain.
Baca juga: Video teaser "Pamali: Dusun Pocong" dirilis, adaptasi dari game
Contoh pamali dalam kehidupan sehari-hari
Beberapa contoh pamali yang masih dikenal luas antara lain:
- Duduk di atas bantal, diyakini dapat menyebabkan bisul. Secara logika, larangan ini mengajarkan sopan santun karena bantal dianggap sebagai tempat kepala, bukan untuk diduduki.
- Berpindah tempat saat makan, dipercaya akan mendatangkan ibu tiri, kecuali pindah ke tempat yang lebih layak seperti dari lantai ke meja makan.
- Berfoto dalam jumlah ganjil, sering dikaitkan dengan kematian salah satu orang dalam foto.
- Membuang sisa makanan karena kenyang, diyakini dapat membawa pertengkaran keluarga.
- Menggunting kuku di malam hari, dipercaya memperpendek umur.
- Mandi siang hari bolong, diyakini mempercepat penuaan.
- Menjual garam atau jarum di malam hari, dipercaya akan menyebabkan kebangkrutan usaha.
Di wilayah Maluku, kepercayaan terhadap pamali masih sangat kuat dan berfungsi sebagai norma sosial yang mengatur kehidupan masyarakat. Meskipun tidak tertulis, pamali dihormati karena diyakini berasal dari leluhur dan merupakan bentuk peringatan spiritual.
Baca juga: Film "Pamali" angkat budaya dan pariwisata Jabar
Pamali di tengah arus modernisasi
Di era globalisasi dan modernisasi, pamali sering kali dipandang sebagai mitos atau kepercayaan lama yang tidak memiliki dasar ilmiah. Meski demikian, pamali tetap memiliki peran penting dalam membentuk perilaku masyarakat dan memperkuat identitas budaya.
Pamali tidak hanya mengatur tata cara hidup, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai moral, etika, dan tanggung jawab sosial. Dengan demikian, pamali tidak sekadar larangan tanpa alasan, melainkan bagian dari strategi budaya untuk menjaga keharmonisan hidup manusia dengan sesamanya serta dengan alam.
Menjaga warisan budaya
Memahami pamali sebagai bagian dari warisan budaya adalah langkah penting dalam menjaga keberlanjutan nilai-nilai tradisional bangsa. Pamali mencerminkan kebijaksanaan leluhur yang diwariskan secara lisan untuk mengatur kehidupan masyarakat. Keberadaannya menjadi simbol kekayaan budaya yang perlu dihargai dan dilestarikan, terutama oleh generasi muda.
Baca juga: Impian Taskya Namya jadi hantu terwujud dalam "Pamali"
Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025