Jakarta (ANTARA) - Pakar ekonomi Defiyan Cori menyatakan "electrifying agriculture" atau elektrifikasi pertanian merupakan salah satu langkah penting yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produktivitas pelaku usaha secara lebih efisien, modern dan berkelanjutan sehingga mendukung pencapaian swasembada pangan.
“Elektrifikasi agriculture adalah bentuk transformasi dalam memajukan sektor pertanian, perkebunan dan peternakan nasional, terutama di tengah tantangan seperti perubahan iklim dan fluktuasi harga bahan bakar,” ujar dia dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.
Defiyan menjelaskan elektrifikasi pertanian mendorong penggunaan listrik sebagai sumber energi utama dalam berbagai aktivitas pertanian, perkebunan dan peternakan, mulai dari irigasi, pengolahan hasil panen, "smart farming" hingga penyimpanan.
Elektrifikasi pertanian, lanjutnya, terbukti dapat menghemat biaya produksi karena listrik lebih murah jika dibandingkan dengan harga BBM sehingga. Penghematan tersebut dapat dialokasikan pada operasional lainnya sehingga produktivitas dapat meningkat.
Selama ini, menurut dia, petani masih mengandalkan mesin berbahan bakar solar atau bensin untuk menyiram sawah, menggiling hasil panen, hingga mengangkut hasil pertanian.
“Electrifying agriculture menawarkan solusi yang lebih ramah lingkungan dan ekonomis. Cukup dengan beralih ke pompa air listrik, traktor listrik, atau gudang penyimpanan berbasis listrik, biaya bisa ditekan secara signifikan,” katanya.
Hadirnya program elektrifikasi pertanian juga mendukung petani dan peternak bisa memanfaatkan teknologi terbaru melalui smart farming, tambahnya, dengan mekanisasi dan digitalisasi, visi sebagai petani dan peternak modern dapat diwujudkan.
"Dengan 'smart farming', jaringan listrik akan lebih efisien untuk mengairi sawah dengan mesin pompa air, memberantas hama dengan lampu penjebak hama, mengatur suhu ruangan ternak dan lahan yang memerlukan pengawasan intensif," ujar Defyan.
Menurut ekonom konstitusi itu, manfaat elektrifikasi pertanian tidak hanya terasa dari sisi teknis, tetapi juga berdampak positif pada keberlanjutan sosial dan lingkungan sebab peralatan listrik umumnya lebih mudah dirawat, tidak bising dan menghasilkan emisi yang jauh lebih rendah.
Defiyan menegaskan elektrifikasi pertanian sejalan dengan visi besar Presiden Prabowo Subianto dalam mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan di tanah air.
Dalam Astacita, tambahnya, swasembada pangan bukan hanya target teknis, tetapi bagian dari visi strategis untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang mandiri, berdaya, dan tidak lagi bergantung pada impor pangan.
“Di sinilah elektrifikasi memainkan peran kunci, karena menjadi fondasi teknologi untuk mengatasi berbagai keterbatasan yang selama ini menghambat produktivitas pertanian, perkebunan dan peternakan nasional,” ujarnya.
Dia juga menambahkan komitmen dan konsistensi kebijakan pemerintah melalui Kementerian/Lembaga terkait sangat dibutuhkan dalam menjalankan transisi energi untuk mencapai sasaran swasembada pangan dan energi berbasis potensi SDA lokal tersebut.
Dalam jangka panjang, Defiyan meyakini dengan elektrifikasi akan memperkuat sistem pangan nasional agar lebih tahan terhadap berbagai guncangan global seperti krisis iklim, konflik geopolitik, hingga fluktuasi harga minyak.
"Ketika kita mengurangi ketergantungan terhadap BBM impor dan menggantinya dengan sistem berbasis listrik, kita sesungguhnya sedang menuju kemandirian yang telah lama menjadi cita-cita bangsa," katanya.
Baca juga: Elektrifikasi pertanian di Bantul fokus pada tanaman hortikultura
Baca juga: Ekonom: Elektrifikasi pertanian wujud transisi energi berkeadilan
Baca juga: PLN: 125.878 pelanggan Jatim manfaatkan elektrifikasi sektor pertanian
Pewarta: Subagyo
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025