Jakarta (ANTARA) - Direktur Pelaksana Senior McLarty Associates Robert O Blake Jr. berpendapat bahwa Arab Saudi dapat berupaya mempengaruhi Presiden AS Donald Trump agar warga Palestina dapat kembali ke Gaza.
Dalam diskusi publik yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta, Kamis, Blake mengatakan bahwa hal tersebut dimungkinkan karena Presiden AS Donald Trump mendengarkan Arab Saudi dengan baik.
“Dia memiliki banyak investasi di Arab Saudi. Jared Kushner, menantunya, banyak bekerja sama dengan Saudi,” kata Blake, seraya menambahkan bahwa Trump ingin melihat perdamaian Arab Saudi dengan Israel.
Dia juga menyebutkan, salah satu pencapaian paling membanggakan dari pemerintahan Trump periode pertama adalah Perjanjian Abraham (Abraham Accords).
Abraham Accords adalah perjanjian bilateral tentang normalisasi Arab-Israel yang ditandatangani antara Israel dan Uni Emirat Arab (UAE) dan antara Israel dan Bahrain pada 15 September 2020.
Blake mengatakan, jika Arab Saudi setuju untuk menerima warga Palestina di negaranya, hal itu akan mengganggu stabilitas, tidak hanya untuk Gaza tetapi juga untuk seluruh Timur Tengah.
“Karena semua negara ini, jika mereka mendukung apa yang diusulkan Trump, akan sangat mengganggu stabilitas rakyat mereka sendiri,” ujar Blake.
Sebelumnya, Trump mengatakan bahwa dia akan “membeli” Jalur Gaza dan akan mengizinkan negara-negara lain untuk mengembangkan sebagian wilayah itu, serta berpendapat kalau warga Palestina tidak ingin kembali ke Gaza.
Trump juga mengatakan bahwa ada negara-negara yang akan menampung warga Palestina tersebut.
Baca juga: Mayoritas warga AS menentang rencana Trump kuasai Gaza
Baca juga: Legislator Jerman: Rencana Gaza Trump adalah kejahatan perang besar
Pewarta: Cindy Frishanti Octavia
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2025