Mataram (ANTARA) - Museum Negeri Nusa Tenggara Barat (NTB) mengajari cara merawat artefak bersejarah peninggalan kerajaan yang hilang akibat letusan Gunung Tambora kepada warga di Kabupaten Dompu, provinsi setempat.
"Kami berusaha untuk melakukan sosialisasi tentang perawatan artefak-artefak sejarah, memperlakukan benda-benda tersebut dengan baik, sehingga benda-benda itu bisa terawat dan terlestarikan sesuai dengan standar yang kami lakukan di museum," kata Kepala Museum NTB Ahmad Nuralam dalam pernyataan di Mataram, Senin.
Kegiatan sosialisasi merawat artefak warisan sejarah dan budaya tersebut dilakukan oleh pihak Museum NTB pada 27 Mei 2025 di Kecamatan Pekat.
Baca juga: Konsulat Jenderal Australia tur singkat di Museum NTB
Nuralam menjelaskan Kecamatan Pekat menjadi salah satu tempat kegiatan perawatan koleksi, karena diyakini menjadi lokasi sebuah kerajaan kuno yang tertimbun akibat letusan dahsyat Gunung Tambora pada 1815.
Letusan itu tidak hanya mengguncang kawasan Nusantara, tetapi juga menutupi Kerajaan Tambora, Kerajaan Pekat, dan Kerajaan Sanggar yang berada di lereng Gunung Tambora.
Menurut Nuralam, letusan Gunung Tambora meninggalkan jejak peradaban yang hingga kini masih tersimpan dalam bentuk artefak-artefak berharga di tengah masyarakat setempat.
Masyarakat Kecamatan Pekat masih menyimpan berbagai benda peninggalan sejarah yang diyakini sebagai warisan dari kerajaan yang hilang. Ragam artefak itu menjadi bukti kejayaan masa lalu yang kini menjadi bagian penting dari identitas budaya lokal.
"Masyarakat setempat masih menyimpan artefak-artefak yang merupakan warisan sejarah penting," ungkap Nuralam.
Lebih lanjut, dia mengatakan pentingnya perawatan koleksi agar benda-benda peninggalan sejarah dapat diwariskan kepada generasi mendatang, karena artefak menggambarkan identitas dan ciri khas masyarakat setempat.
Baca juga: Museum NTB kenalkan warisan sejarah ke siswa lereng Gunung Tambora
Baca juga: Museum NTB kenalkan ragam sejarah lokal ke siswa lereng Gunung Rinjani
Nuralam berharap upaya perawatan tidak berhenti melalui satu kegiatan saja, tapi menjadi gerakan bersama untuk menyelamatkan jejak-jejak sejarah agar generasi mendatang tetap bisa mengenal dan bangga terhadap warisan budaya mereka.
Kecamatan Pekat merupakan salah satu kecamatan terluas dan terjauh di Kabupaten Dompu dengan luas wilayah 95,61 kilometer persegi atau sekitar 40,58 persen dari total luas wilayah Kabupaten Dompu, dan berjarak sekitar 124 kilometer dari ibu kota Dompu.
Kecamatan Pekat terdiri atas 12 desa dan memiliki jumlah penduduk sekitar 38.168 jiwa yang berasal dari berbagai suku dan budaya dengan dominasi suku Mbojo, Sasak, dan Bali.
Camat Pekat Nuraini mengatakan hampir 60 persen masyarakat yang bermukim di Kecamatan Pekat adalah transmigran dari Pulau Lombok yang mengikuti program transmigrasi pemerintah pada tahun 1970.
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2025