Jakarta (ANTARA) - Sepak bola merupakan olahraga yang digemari oleh ratusan juta manusia di seluruh dunia.
Tak heran, berbagai topik perihal perkembangan olahraga tersebut senantiasa menarik perhatian, baik di kolom surat kabar, siaran televisi, maupun unggahan media sosial. Entah itu evolusi taktik dan permainannya, kabar pemain favorit, hingga fanatisme suporter dalam mendukung klub atau tim nasional yang dicintai, semua hal terkait si kulit bundar selalu mengundang rasa ingin tahu di benak penggemarnya.
Kecintaan orang-orang terhadap sepak bola pada akhirnya melahirkan tren yang juga tumbuh seiring perkembangan olahraga tersebut. Salah satu tren yang muncul dari kecintaan itu adalah blokecore. Kendati dalam lingkup yang lebih luas, blokecore juga dapat dikaitkan dengan olahraga lain seperti bisbol dan bola basket, tren itu cenderung dihubungkan oleh banyak orang dengan sepak bola.
Blokecore
Istilah blokecore terbentuk dari dua kata, yaitu "bloke", sebuah kata slang dalam bahasa Inggris untuk menyebut laki-laki, dan "core", yang berarti estetika dalam menunjukkan jati diri. Blokecore biasanya memadukan jersei sepak bola dengan street wear, seperti celana jeans dan sneaker.
Akar tren busana casual tersebut dapat ditelusuri lebih jauh lagi, yakni saat dimulainya kompetisi Liga Primer Inggris pada 1990-an.
Periode yang acap kali dianggap sebagai awal industrialisasi sepak bola modern tersebut melahirkan budaya berpakaian yang lebih santai bagi penggemar sepak bola dengan mengenakan jersei tim favorit mereka saat menyaksikan pertandingan. Selanjutnya, kebiasaan yang menunjukkan bukti kecintaan tersebut meningkat menjadi tren fesyen terkemuka di tingkat global.

Potret kecil blokecore
Saat dimintai komentar perihal perkembangan blokecore di Indonesia, pria yang akrab disapa Babe tersebut menuturkan bahwa blokecore dapat meningkat sejauh ini berkat media sosial yang dia sebut "lebih galak."
Blokecore mulai populer di Indonesia sejak 2023. Popularitas blokecore memuncak pada perhelatan Bloke Fest 2023 di Jakarta, kata Anto, seorang kolektor yang juga penjual jersei sepak bola, kepada Xinhua pada Sabtu (19/7). Acara yang kemudian diselenggarakan setiap tahun tersebut mempertemukan para kolektor, penjual, dan penggemar jersei sepak bola di Indonesia, imbuhnya.
Derry, yang juga penjual jersei sepak bola, menambahkan bahwa tren blokecore tidak akan mati, justru akan meningkat. "Orang-orang mengenakan jersei untuk nongkrong sekarang. Malah, orang-orang bermain padel juga memakai jersei," tuturnya pada Sabtu yang sama.
Mengusung semangat silaturahmi dan blokecore, Pekan Raya Jersey Part 3 diadakan di West Atrium Spark, Jakarta, pada 18-20 Juli 2024. Acara dengan format bazar yang diikuti oleh 24 tenant tersebut mempertemukan para penggemar, penjual, dan kolektor jersei di Jakarta. Tak ketinggalan, jersei tim nasional sepak bola Indonesia dari koleksi Komunitas Jersey Timnas Indonesia (KJTI) turut dipamerkan dalam acara tersebut.
Saat ditemui Xinhua pada Sabtu itu, Alex, selaku pihak penyelenggara, menuturkan bahwa pekan raya tersebut digelar untuk mengumpulkan teman-teman penggemar jersei sepak bola dengan balutan acara silaturahmi.
"Acara ini community-based, bukan business-oriented, sehingga bersifat murah meriah dan lebih mengakomodasi banyak orang," ujarnya.
Harga jersei yang ditawarkan dalam acara ini bervariasi mulai dari Rp500 ribu hingga jutaan rupiah. Banyak jersei klasik dari tim sepak bola terkemuka di dunia ditawarkan dalam acara tersebut.

"Sebenarnya, tren (mengenakan) jersei ini kan sudah berjalan lama. Blokecore ini hanya membingkai tren tersebut," ucap Alex. "Blokecore ini turut memasyarakatkan sepak bola dalam kehidupan sehari-hari," sambungnya.
Perihal apakah tren blokecore nantinya akan meredup, Alex menjawab, "Semua tren pasti akan habis. Namun selama sepak bola masih ada, blokecore akan tetap hidup."
Mengenai hambatan terbesar dalam pasar jersei saat ini, Alex mengungkapkan bahwa terdapat kejenuhan. "Harganya mulai nggak ngotak (terlalu mahal)," kata Alex.
Namun, pria yang berhenti menjadi kolektor dan hanya fokus menjalankan perannya sebagai penjual tersebut mengatakan bahwa dalam dunia kolektor, tidak ada barang yang terlalu mahal atau murah. "Ini tidak ada harga eceran tertinggi. Seperti gula, kan?" ujarnya, sambil tertawa.
Alex berharap acara semacam ini dapat diselenggarakan tidak hanya di Jakarta saja, tetapi dapat menyebar ke berbagai penjuru Tanah Air.
"Cita-cita saya, komunitas jersei yang besar nggak cuma di Jakarta saja, tetapi bisa juga sampai ke daerah-daerah," tuturnya.
Penerjemah: Xinhua
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.