Banda Aceh (ANTARA) - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi mencatat kekerasan terhadap perempuan dan anak di Aceh sejak Januari hingga 31 Oktober 2025 mencapai 967 kasus.
"Kita lihat sekarang di Aceh, periode 1 Januari sampai 31 Oktober 2025 tercatat 967 kasus yang terlaporkan," kata Menteri Arifah Fauzi, di Banda Aceh, Jumat.
Pernyataan itu disampaikan Arifah Fauzi dalam kunjungan kerjanya ke Aceh saat memimpin rapat koordinasi program ruang bersama Indonesia antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota se Aceh, di kantor Gubernur Aceh, di Banda Aceh.
Dirinya menyebutkan, adapun 967 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak Aceh yang terlaporkan kepada mereka dan sudah terverifikasi hingga 31 Oktober 2025 itu terdiri dari 193 anak laki-laki dan 817 perempuan.
"Jadi sekarang yang menjadi korban bukan hanya perempuan saja, tetapi laki-laki juga menjadi korban kekerasan," ujarnya.
Namun, Arifah tidak merincikan secara detail bentuk kekerasan apa saja yang dialami oleh korban terlaporkan tersebut, baik anak laki-laki maupun perempuannya.
Baca juga: Menteri PPPA minta Aceh percepat pembentukan 11 UPTD PPA
Tetapi, untuk daerah dengan kasus tertinggi di Aceh ini yaitu di Kabupaten Aceh Tengah sebanyak 136 orang. Kemudian, disusul Kabupaten Aceh Utara 127 kasus, lalu Kota Banda Aceh 99 kasus.
Sedangkan untuk daerah terendah kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Aceh tahun ini diantaranya Kabupaten Gayo Lues 13 kasus, Aceh Singkil sembilan kasus, dan terakhir Pidie Jaya delapan kasus.
Dirinya menegaskan, data yang disampaikan tersebut hanya berdasarkan laporan diterima mereka, dan mungkin masih banyak lagi yang tidak terlaporkan.
"Ingat, ini terlaporkan ya, yang belum terlaporkan mungkin bisa jadi lebih banyak, karena ini masih fenomena gunung es," kata Arifah.
Dalam kesempatan ini, dirinya juga menyampaikan bahwa banyak kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak itu terjadi dalam rumah tangga, seperti beberapa kasus kekerasan seksual di Aceh yang didampingi mereka, di mana ada pelakunya ayah tiri, bahkan ayah kandung.
Baca juga: Menteri PPPA kecam kekerasan atas seorang perempuan di masjid Lampung
"Sebetulnya rumah ini wilayah aman, tapi justru di dalam rumah tangga ini, angkanya cukup tinggi yang mengalami kekerasan," ujarnya.
Karena itu, dirinya berharap kepada semuanya dapat memberikan perhatian lebih terhadap persoalan ini agar perempuan dan anak terlindungi.
"Rumah ini seharusnya wilayah yang aman untuk kita semua. Anak-anak maupun perempuan ini menjadi perhatian kita bersama," demikian Arifah Fauzi.
Baca juga: Menteri PPPA respon viral perceraian pasca-suami lulus PPPK di Aceh
Pewarta: Rahmat Fajri
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































