Jakarta (ANTARA) - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan capaian stok beras tertinggi sepanjang sejarah merupakan hasil nyata kolaborasi seluruh pihak dan kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto yang menjaga ketahanan pangan nasional berkelanjutan.
Amran mengatakan kebijakan pangan nasional kini menunjukkan hasil nyata. Stok beras nasional mencapai lebih dari empat juta ton, tertinggi sepanjang sejarah Indonesia, sekaligus menandai berakhirnya impor beras medium yang selama ini membebani negara.
“Kalau dibandingkan tahun lalu, kita masih impor. Sekarang tidak lagi. Ini hasil dari gagasan besar Bapak Presiden RI, mulai dari regulasi, kolaborasi, sampai eksekusi,” kata Mentan dalam keterangan di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan pemerintah berani melakukan deregulasi besar-besaran dengan mencabut 240 aturan yang menghambat sektor pertanian. Dalam 10 bulan, ada 17 Peraturan Presiden (Perpres) dan Instruksi Presiden (Inpres) yang diterbitkan mengubah banyak hal. Ini belum pernah terjadi sebelumnya.
Kementerian Pertanian (Kementan), menurut dia, juga berbenah menjadi institusi yang bersih dan bebas korupsi.
"Ada korupsi, kita pecat. Belum tersangka pun, kalau ada indikasi, langsung kita tindak. Tidak ada kompromi,” ujar dia.
Langkah tegas turut diterapkan terhadap mafia pangan, pupuk palsu, dan beras oplosan, katanya, menegaskan.
Selain itu ia mengatakan penyederhanaan regulasi pupuk menjadi kunci peningkatan produksi.
“Dulu pupuk langka, sekarang tidak lagi. Dari 145 regulasi disederhanakan agar produsen bisa langsung ke petani,” kata Amran, menjelaskan.
Kementan juga memfokuskan anggaran Rp1,7 triliun untuk penguatan sektor produktif, mulai dari benih hingga alat mesin pertanian. Keberhasilan itu, menurut dia, tak lepas dari kolaborasi lintas lembaga.
“Kita bergerak bersama Bulog, PIHC (Pupuk Indonesia), Kemendag (Kementerian Perdagangan), ESDM (Kementerian Energi Sumber Daya Mineral), Menko Pangan (Menteri Koordinator Bidang Pangan), BUMN, Polri, TNI, bupati, dan gubernur. Semua berorkestra,” ujar dia.
Hasilnya terlihat nyata, stok beras tertinggi, tidak ada impor beras medium, nilai tukar petani (NTP) naik ke 124,36, Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian meningkat, dan Food and Agriculture Organization (FAO) memprediksi produksi beras Indonesia naik hingga 33,1 juta ton pada November.
Amran mengakui membela petani bukan hal mudah karena ada perlawanan dari mafia impor. Namun kini posisi Indonesia justru diburu negara lain untuk ekspor pangan.
"Tahun lalu kita impor 7 juta ton, sekarang negara lain ingin impor dari Indonesia,” katanya, optimistis.
Pemerintah juga menaikkan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah menjadi Rp6.500 per kg dan jagung Rp5.500 per kg, meningkatkan pendapatan petani hingga Rp113 triliun. Biaya produksi ditekan dengan teknologi dan alat pertanian yang nilainya mencapai hampir Rp10 triliun.
Selain itu, Indonesia mulai memberi kontribusi global, seperti pengiriman bantuan 10.000 ton beras ke Palestina.
“Kami juga siapkan solusi permanen dengan pengembangan lahan hortikultura di Kalimantan Utara untuk mendukung Palestina,” katanya, menjelaskan.
Ia menutup dengan optimisme, bahwa Indonesia menuju negara emas melalui pertanian. Dirinya terus berkomitmen untuk meningkatkan produksi pertanian sekaligus kesejahteraan para pelaku di dalamnya.
"Ke depan fokus kita ada enam komoditas unggulan-kakao, kelapa, kopi, mente, pala, dan sawit-dengan nilai investasi Rp371,6 triliun dan serapan tenaga kerja 8,6 juta orang," kata Amran.
Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.