Jakarta (ANTARA) - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan Green Industry Service Company (Gisco) yang diinisiasi Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menjadi motor penggerak ekosistem industri hijau yang terhubung dengan standar global.
"Gisco akan menjadi jembatan kolaborasi antara industri, penyedia teknologi hijau, lembaga pembiayaan, dan pasar karbon. Dengan demikian, Gisco bukan hanya pusat layanan, tetapi juga motor penggerak ekosistem industri hijau nasional yang terhubung dengan standar internasional,” kata Agus di Jakarta, Rabu.
Gisco merupakan wadah layanan terpadu inisiasi Kemenperin yang menyediakan pendampingan teknis, asesmen efisiensi sumber daya, perhitungan jejak emisi, rencana transisi hijau, hingga fasilitas pembiayaan hijau.
Ia mengatakan kementeriannya berkomitmen untuk mencapai target karbon bersih (Net Zero Emission/NZE) sektor industri pada 2050 atau 10 tahun lebih cepat dengan melakukan efisiensi energi, pemanfaatan energi terbarukan, serta penerapan teknologi rendah karbon.
Menperin mengajak seluruh pelaku industri untuk melihat agenda dekarbonisasi sebagai peluang investasi, bukan sebagai beban.
“Transformasi menuju industri hijau adalah perjalanan panjang yang membutuhkan visi, inovasi, dan kolaborasi. Dengan langkah efisiensi energi, pemanfaatan energi terbarukan, teknologi CCU (carbon capture utilization), serta penerapan ekonomi sirkular, Indonesia tidak hanya menjaga daya saing global, tetapi juga berkontribusi pada kelestarian lingkungan,” kata Agus.
Sementara itu, Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Andi Rizaldi mengatakan pendekatan yang perlu dilakukan sektor industri untuk mempercepat transformasi industri hijau, antara lain mengintegrasikan teknologi bersih, efisiensi energi, efisiensi air, energi terbarukan, serta praktik ekonomi sirkular dalam satu ekosistem industri hijau yang saling mendukung.
“Dengan membangun ekosistem ini, transformasi menuju industri rendah karbon tidak hanya memperkuat daya saing global, tetapi juga membuka peluang investasi dan inovasi berkelanjutan bagi perekonomian nasional,” kata Andi.
Lebih lanjut, Andi mengatakan Kemenperin menegaskan komitmennya memperkuat fondasi kebijakan industri hijau agar transisi menuju industri rendah karbon berjalan terukur. Beberapa kebijakan yang sedang disiapkan, di antaranya penguatan Standar Industri Hijau (SIH) untuk sektor-sektor prioritas, dengan indikator yang lebih tajam pada efisiensi energi, pemanfaatan bahan baku daur ulang, serta batas intensitas emisi gas rumah kaca per satuan produk.
“Kemudian, integrasi sistem MRV Digital (Monitoring, Reporting, Verification) serta pengembangan Emission Trading System (ETS) sektor industri, sehingga pelaku industri dapat memonetisasi surplus pengurangan emisi yang telah dilakukan,” katanya.
Oleh karena itu, menurut dia, pengembangan Gisco akan menjadi pusat solusi pembiayaan hijau dan membantu perusahaan mengakses skema pembiayaan baik dari dalam maupun luar negeri.
Andi mengatakan optimistis semua kebijakan tersebut dirancang bukan hanya untuk memenuhi target NZE sektor industri pada tahun 2050, tetapi juga menjadikan industri hijau sebagai sumber daya saing baru Indonesia di pasar global.
Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.