Mengabadikan instalasi air era Belanda di kaki Gunung Salak

3 months ago 11

Kabupaten Bogor (ANTARA) - Pagi itu menjadi perjalanan baru sumber mata air Ciburial yang menjadi saksi bisu pemerintahan Hindia Belanda. Bupati Bogor Rudy Susmanto, dengan tinta emas dan wajah terlihat sumringah, menandatangani batu prasasti pada Minggu (25/5/2025).

Aksi ini menyusul Surat Keputusan Nomor 400.6/113/Kpts/Per-UU/2025 tentang penetapan bangunan dan instalasi sumber mata air Ciburial sebagai bangunan cagar budaya yang ia terbitkan pada April lalu.

Penandatanganan itu bukan sekadar seremonial, melainkan sebuah langkah penting untuk melestarikan sejarah dan budaya terkait mata air salah satu Instalasi Pengolahan Air (IPA) milik Perumda Air Minum Tirta Kahuripan.

Di masa depan, goresan pada batu prasasti itu akan menjadi salah satu catatan sejarah, sebagai bukti komitmen Pemerintah Kabupaten Bogor dalam menjaga keasrian mata air Ciburial yang terletak di kaki Gunung Salak, pada ketinggian sekitar 270-280 meter dengan luas lahan sebesar 14.465 m2.

IPA Ciburial di Kelurahan Pagelaran, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini memiliki sejarah panjang dan kaya. Sejak era pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1922, mata air ini telah dimanfaatkan sebagai sumber air yang mengaliri Istana Negara Jakarta dan perkantoran pemerintah Belanda di Bogor.

Pada tahun 1994, pengelolaan sumber air Ciburial diserahkan kepada Perumda Air Minum Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor. Sejak itu, telah dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas sumber air baku.

Beberapa upaya yang telah dilakukan adalah memperbaiki dan memelihara broncaptering, penyempurnaan filter, pembangunan sumur-sumur resapan, hingga pembangunan tampungan berupa kolam air di bawah mata air Ciburial yang dinamakan intake Bukit Asri.

Bupati Bogor Rudy Susmanto di Instalasi Pengolahan Air Ciburial, Kelurahan Pagelaran, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. ANTARA/HO-Humas Pemkab Bogor

Pemerintah Kabupaten Bogor di bawah kepemimpinan Bupati Rudy Susmanto berkomitmen menjaga keasrian mata air Ciburial dengan status kawasan cagar budaya. Sehingga, Mata Air Ciburial akan terlindungi dari kerusakan dan pembangunan yang tidak terkendali.

Pelestarian mata air ini akan membantu keberlanjutan sumber air yang sangat penting bagi masyarakat Kabupaten Bogor.


Mengembalikan debit air

Mata air Ciburial menghadapi tantangan dalam hal penyusutan debit air. Sejak awal tahun 2000, debit mata air Ciburial turun dengan sangat cepat baik secara kuantitas maupun kualitas.

Pada tahun 2005, mata air Ciburial memiliki debit 506 liter per detik, akan tetapi pada tahun 2018 debitnya hanya berkisar 330 liter per detik. Terjadi penurunan debit sekitar 176 liter per detik dalam periode 13 tahun.

Apabila turunnya debit mata air itu tidak diatasi, maka diperkirakan dalam periode 29 tahun yang akan datang, mata air Ciburial atau mati.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bogor sekaligus Ketua Dewan Pengawas Perumda Air Minum Tirta Kahuripan Ajat Rochmat Jatnika turut mengomandoi upaya-upaya mengembalikan debit Mata Air Ciburial.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bogor sekaligus Ketua Dewan Pengawas Perumda Air Minum Tirta Kahuripan Ajat Rochmat Jatnika di Instalasi Pengolahan Air Ciburial, Kelurahan Pagelaran, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. ANTARA/HO-Humas Pemkab Bogor

Salah satu misi yang dijalankan untuk mengembalikan debit mata air tersebut, Perumda Air Minum Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor menggandeng USAID IUWASH Tangguh, pada tahun 2020, dengan membangun sumur resapan sebanyak 157 di wilayah Tamansari dan Ciomas.

Pembangunan sumur resapan tersebut berhasil meningkatkan debit air pada sumber mata air Ciburial. Pada tahun 2024 terjadi kenaikan debit menjadi 430 liter per detik. Langkah ini dinilai efektif dalam konservasi sumber mata air.

Mata air Ciburial kini memasok 30 persen air baku untuk Perumda Tirta Kahuripan yang memiliki kapasitas produksi mencapai 53,0 juta m3/tahun atau setara dengan 1.680 liter per detik.

Mata air tersebut kini dimanfaatkan untuk melayani air bersih di sejumlah kecamatan, seperti Ciomas, Kemang, Babakanmadang, hingga Cibinong. Di samping itu sumber mata air ini juga dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar dalam bentuk keran umum atau MCK yang dibuat oleh Perumda Air Minum Tirta Kahuripan.

Pemerintah Kabupaten Bogor kini masih terus berupaya menambah kapasitas debit mata air Ciburial, karena kerap turun ketika terjadi di musim kemarau panjang. Permasalahan ini telah ada sejak mata air Ciburial dikelola oleh PAM Jaya.

Penurunan debit tersebut kemungkinan disebabkan oleh adanya perubahan kondisi lingkungan di daerah resapan dan adanya kegiatan penggalian pasir di masa lalu yang menyebabkan terpotongnya saluran air bawah tanah yang mengalir ke mata air Ciburial.

Perubahan lingkungan daerah resapan juga menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi oleh mata air Ciburial. Meningkatnya aktivitas masyarakat di kawasan resapan, baik pembangunan rumah oleh masyarakat maupun pembangunan yang dilakukan oleh pengembang obyek wisata, telah menyebabkan perubahan kondisi lingkungan di daerah resapan.

Kemudian, belum diterapkannya garis sepadan mata air juga menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi oleh mata air Ciburial. Jika merujuk pada Peraturan Menteri PUPR RI No 28 Tahun 2015, garis sepadan mata air ditentukan mengelilingi mata air paling sedikit berjarak 200 meter dari pusat mata air.

Regulasi ini menjadi kajian Perumda Air Minum Tirta Kahuripan untuk melestarikan mata air Ciburial, sehingga dapat terus menjadi sumber air yang melimpah dan berkelanjutan bagi masyarakat.

Mata air Ciburial tidak hanya memiliki nilai sebagai sumber air bersih, tetapi juga sebagai sumber kelestarian hutan kota dan sebagai bangunan bersejarah. Oleh karena itu, perlu keterlibatan berbagai pihak untuk melindungi sumber mata air Ciburial.

Editor: Sapto Heru Purnomojoyo
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |