Menbud: Prasasti Yupa sebagai bukti keluhuran tertua Nusantara

1 week ago 9

Samarinda (ANTARA) - Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon menyatakan Prasasti Yupa yang diusung sebagai memori kolektif dunia melalui program Memory of the World (MOW) UNESCO, menjadikannya bukti keluhuran tertua Nusantara.

"Hari ini kita mengukir langkah bersejarah, Prasasti Yupa, bukti tertulis tertua di Nusantara dari abad ke-4 Masehi, diusulkan sebagai nominasi untuk MOW UNESCO, sekaligus pengisi kekosongan warisan dokumenter Indonesia dari periode peradaban awal," ujar Fadli Zon secara daring di Samarinda, Senin.

Menurut dia, melalui warisan dokumenter, bangsa dapat menyelami jejak pemikiran serta nilai luhur yang membentuk identitas, sejalan dengan visi UNESCO untuk melawan amnesia kolektif.

Yupa melengkapi 16 warisan dokumenter Indonesia yang telah diakui UNESCO, seperti La Galigo dan Negarakretagama, di mana belum ada satupun yang mewakili periode peradaban awal.

"Prasasti dengan aksara Pallawa dan berbahasa Sanskerta ini merupakan landasan transisi sejarah yang menjadi simbol otentik peralihan Indonesia dari era prasejarah ke era sejarah," kata Fadli Zon.

Artefak ini juga menjadi jembatan budaya global, hasil kontak maritim dengan India yang menunjukkan kemampuan bangsa dalam mengadaptasi aksara, agama, dan sistem politik dengan kearifan lokal.

Baca juga: Kemenbud usung prasasti Yupa jadi memori kolektif dunia

Selain merekam silsilah raja-raja Kutai untuk menegaskan legitimasi kekuasaan, Yupa juga menjadi narasi besar yang menjembatani perkembangan bahasa Indo-Arya dengan bahasa-bahasa lokal Nusantara.

Nominasi ini didasarkan pada kesesuaian Yupa dengan tiga kriteria utama MOW UNESCO, yakni keaslian dan keunikan, nilai universal, serta risiko kelangkaan.

Tujuh prasasti Yupa di Museum Nasional Indonesia telah terverifikasi keasliannya, menunjukkan nilai universal dalam adaptasi aksara, serta menghadapi risiko kelangkaan karena sebagai benda batu andesit berusia lebih dari 1.600 tahun rentan terhadap pelapukan.

"Untuk melindunginya, digitalisasi 3D dan pembuatan replika telah dilakukan, dan pengakuan UNESCO diharapkan dapat memperkuat upaya proteksi ini," tutur Fadli Zon.

Pemerintah mewujudkan dukungan melalui penguatan program repatriasi arsip, kolaborasi riset multidisipliner untuk menyusun dossier, hingga revitalisasi budaya lokal melalui Festival Erau.

Baca juga: Museum Mulawarman, narator hidup sejarah dan budaya Kaltim

"Pengakuan ini diharapkan menjadi katalis bagi pendidikan melalui integrasi kurikulum, pengembangan ekonomi kreatif, serta penguatan diplomasi budaya dengan negara mitra seperti Belanda dan India," ujarnya.

Pewarta: Ahmad Rifandi
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |