Membiasakan hidup berdampingan dengan harimau di Mukomuko

7 hours ago 2

Mukomuko (ANTARA) - Aktivitas warga di Desa Mekar Jaya, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, tetap berjalan normal meskipun di wilayah itu tengah terjadi "konflik" dengan harimau, setelah satu ekor sapi milik warga ditemukan mati akibat dimangsa satwa liar dilindungi tersebut.

Satu ekor anak sapi milik warga Desa Mekar Jaya, Kecamatan Teras Terunjam ditemukan mati akibat dimangsa harimau di sebuah lahan perkebunan kelapa sawit wilayah tersebut, Kamis (20/2).

Sebulan sebelumnya, satu ekor sapi yang diikat di belakang rumah seorang warga ditemukan mati juga akibat dimangsa harimau, sehari setelah seorang warga ditemukan tewas akibat diterkam sang Raja Hutan itu.

Kepala Desa Mekar Jaya Kecamatan Teras Terunjam Mulyatman saat dihubungi dari Mukomuko memastikan situasi dan kondisi di wilayahnya saat ini seperti tidak pernah terjadi apa-apa lagi, warga tetap beraktivitas seperti biasa.

"Tidak apa-apa, warga desa ini masih beraktivitas seperti biasa, Insya Allah tidak ada lagi kejadian itu," katanya.

Konflik harimau dengan manusia mulai terjadi di wilayah Kabupaten Mukomuko setelah seorang warga Desa Tunggal Jaya bernama Ibnu Oktavianto (22) ditemukan meninggal dunia akibat dimangsa harimau di kebun kelapa sawit milik milik Ari Cahyono Selasa (7/1).

Sehari hari setelah itu, satu ekor sapi milik Deden Nurjamil, warga Desa Mekar Jaya, Kecamatan Teras Terunjam yang diikat di belakang rumahnya ditemukan mati akibat dimangsa harimau.

Pada saat itu, sebagian warga baik di Desa Tunggal Jaya, Desa Mekar Jaya dan desa-desa lain dalam wilayah Kecamatan Teras Terunjam membatasi aktivitas keluar rumah, bahkan tidak ada yang berani ke kebun untuk memanen buah sawit.

Dalam kondisi warga yang dihantui ketakutan terhadap ancaman harimau tersebut, tidak sedikit buah sawit masak yang dibiarkan busuk dan ada juga yang dicuri oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

Selain itu, sebanyak delapan sekolah tingkat dasar hingga menengah pertama di desa-desa dalam Kecamatan Teras Terunjam memberlakukan pembelajaran melalui media daring demi membatasi kegiatan anak-anak di luar rumah.

Aktivitas di wilayah yang ada konflik harimau dengan manusia di Kabupaten Mukomuko kembali normal setelah sekian lama atau lebih dari satu bulan tidak ada lagi "ulah negatif" satwa liar itu.

Makin Waspada

Setelah beberapa kali terjadi serangan dari satwa buas membuat warga di wilayah ini semakin waspada ketika keluar rumah maupun pergi ke kebun kelapa sawit.

Kepala Desa Mekar Jaya Kecamatan Teras Terunjam Mulyatman mengatakan meskipun aktivitas warga di wilayahnya berjalan normal, tetapi warga tetap waspada terhadap ancaman satwa liar.

"Paling kalau selama ini warga sendiri pergi ke kebun atau ladangnya, mereka sekarang membawa istri atau rekannya," katanya.

Sementara itu, warga di Desa Tunggal Jaya yang berbatasan dengan Desa Mekar Jaya berusaha melawan rasa takut mereka, dan tetap pergi ke kebun sawit untuk mencegah pencurian buah sawit.

Plt Kepala Desa Tunggal Jaya, Kecamatan Teras Terunjam, Ujang Selamat mengatakan, sekarang ini warga di wilayahnya berusaha melawan rasa takut karena dalam situasi ini ada oknum yang tidak bertanggung jawab yang memanfaatkan keadaan.

Ia menambahkan, karena saat warga petani berhenti memanen sawit, justru menjadi peluang bagi oknum tidak bertanggung jawab untuk mencuri buah sawit.

Menurutnya, salah satu penyebab warga ketakutan selain memang ada peristiwa warga dan sapi dimangsa harimau, adalah banyaknya postingan hoaks tentang harimau berkeliaran di wilayah ini di media sosial.

"Beruntung, kini warga di wilayah ini sudah mulai sadar dan tidak terpengaruh lagi dengan postingan tentang harimau di media sosial tersebut," katanya.

Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Provinsi Bengkulu menyebutkan salah satu penyebab harimau keluar dari hutan diduga karena kehabisan mangsa utamanya seperti babi hutan yang menjadi langka akibat terserang penyakit African Swine Fever (ASF).

"Yang jelas ada kaitannya harimau keluar karena dia susah mencari babi sebagai mangsanya di hutan, selain alih fungsi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit," kata Ketua Cabang PDHI Provinsi Bengkulu Yeni Misra.

Dia mengatakan sejak merebak penyakit ASF di Indonesia, banyak babi hutan termasuk babi peliharaan yang ada di daerah ini terserang virus ini sehingga menyebabkan kematian pada babi.

Terkait dengan masalah ini, menurutnya, keseimbangan alam di dalam kawasan hutan negara termasuk di daerah itu sangat penting untuk mencegah terjadinya konflik harimau dengan manusia.

"Kalau tidak ada lagi mangsa dalam kawasan hutan dan hutan juga sudah beralih fungsi menjadi kebun kelapa sawit, bagaimana satwa dilindungi ini mencari makan," ujarnya.

Hidup berdampingan

sejak pertama kali terjadi konflik harimau dengan manusia di daerah ini, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resor Mukomuko telah melakukan berbagai upaya penanganan, salah satunya dengan cara memasang kerangkeng perangkap.

Kepala BKSDA Resor Kabupaten Mukomuko Damin mengatakan saat pertama terjadi konflik harimau dengan manusia di daerah ini, pihaknya telah memasang tiga kerangkeng, tetapi tidak ada harimau yang masuk dalam perangkap tersebut.

Tiga kerangkeng perangkap harimau itu dipasang di Desa Setia Budi, Kecamatan Teras Terunjam, sedangkan dua perangkap lainnya dipasang di Desa Tunggal Jaya dan Desa Mekar Jaya.

Kemudian, belum lama ini BKSDA bersama pihak terkait juga memasang satu kandang jebak untuk menangkap harimau yang memangsa anak sapi milik warga Desa Mekar Jaya, Kecamatan Teras Terunjam.

Selain itu, BKSDA juga memasang kamera trap di tempat kejadian peristiwa warga dan sapi dimangsa harimau.

Lalu, BKSDA juga menyiagakan tim untuk menangani harimau yang memangsa anak sapi milik warga di rumah Kepala Desa Mekar Jaya, Kecamatan Teras Terunjam.

Tim yang terdiri atas berbagai pihak terkait ini melakukan pengecekan, penelusuran, dan pemantauan.

Menurut Damin, solusi dalam penanganan konflik dengan harimau ini dilakukan bersama-sama dengan semua pihak terkait di daerah ini.

"Untuk itu, di Mukomuko ini butuh satgas konflik satwa liar, dahulu mau digagas, mudah-mudahan ke depan di daerah ini sudah ada satgas," kata Darmin.

Menurutnya, kalau di daerah ini sudah ada satgas, dan setiap anggotanya sudah tahu jalur kerja masing-masing, maka pekerjaan penanganan konflik satwa liar tidak tertumpu lagi ke satu orang.

"Apalagi personel BKSDA Resor Mukomuko ini terbatas atau tidak sampai enam orang untuk melakukan penanganan konflik satwa liar," katanya

Karena menurutnya melindungi alam dan lingkungan, bukan hanya tugas petugas BKSDA, tetapi kerja bersama, yakni saling lindung, saling melihat, saling memperhatikan dan saling tegur.

Dia mengatakan, manusia merupakan makhluk yang diciptakan oleh tuhan paling sempurna di antara makhluk lain di dunia ini, untuk itu pemerintah sejak tahun 2008 telah menggalakkan tentang hidup berdampingan dengan damai bersama satwa liar.

"Memang berat untuk dikerjakan, tetapi bagaimana cara kita bersama hidup berdampingan dengan satwa liar," kata Damin.

"Masalahnya, kata dia, manusia itu tidak se-bahasa, lalu masing-masing tidak mempelajari prilaku satwa, dan belum banyak yang mempelajari prilaku satwa, mana yang dia suka dan tidak suka " katanya menjelaskan.

Untuk itu, ia mengimbau masyarakat untuk sama-sama belajar hidup berdampingan dengan damai bersama satwa liar, dan ke depan pemerintah daerah dan pusat akan melakukan kajian untuk membuat aturan yang tepat tentang kawasan hutan, sehingga tak ada lagi konflik antara manusia dengan satwa liar.

Baca juga: BKSDA siagakan tim tangani gangguan harimau di Mukomuko

Baca juga: PDHI Bengkulu: Harimau keluar hutan karena kehabisan mangsa

Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |