Tanah Laut (ANTARA) - Terik matahari yang menyengat pori-pori kulit tak menyurutkan semangat ratusan orang yang berkumpul di Pantai Batakan Baru, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, ketika itu.
Mereka yang berkumpul di pantai itu datang dari berbagai penjuru, kebanyakan penduduk lokal, sebagian datang dari provinsi lain, dan terlihat juga tidak sedikit turis asing dari Malaysia, Singapura, dan Prancis.
Mereka datang untuk memeriahkan Festival Layang-Layang Dandang 2025 sekaligus memecahkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) menerbangkan 900 layangan tradisional. Rekor sebelumnya dibuat Kabupaten Tapin dengan menerbangkan 300an layang-layang.
Para peserta membawa layang-layang raksasa dengan desain unik dan menarik yang membawakan ciri khas daerah masing-masing. Ciri khas daerah itu mereka tuangkan dalam bentuk gambar dan warna layangan dalam festival yang dibuka Bupati Tanah Laut Rahmat Trianto, akhir Agustus.
Sesaat setelah festival dibuka, ratusan peserta dari berbagai komunitas layangan unjuk kebolehan. Mereka yang terdiri atas beberapa orang dalam satu kelompok membagi tugas masing-masing. Dua hingga empat orang memegang layangan raksasa itu dekat di bibir pantai, beberapa orang lainnya menggenggam erat tali dan berlari kompak sekencang mungkin dengan aba-aba sambil menjauhi bibir pantai.
Kusain, penduduk Desa Kandangan Lama, Kecamatan Panyipatan, Tanah Laut, menjadi peserta festival layangan itu. Meski berusia paruh baya, semangatnya mengikuti festival tidak kalah dengan bocah-bocah yang berlari bermain layangan di pantai itu.
“Festival Dandang dilaksanakan setiap tahun, berpindah lokasi dari desa satu ke desa lain. Tujuannya supaya semakin banyak yang mengenal permainan tradisional ini,” kata Kusain yang berdiri tepat di samping anaknya memeriahkan pesta rakyat itu.
Kusain datang membawa layangan raksasa bermotif Suku Banjar. Sebagai kebanggaan akan warisan budaya untuk dikenalkan kepada dunia, Kusain dan rekannya menggambar tokoh Banjar dengan warna dominan merah dan kuning.
“Lari nak, lari, lari,” ungkapan itu dilontarkan Kusain ketika anaknya ikut mencoba menerbangkan layangan berukuran mini yang dibuat oleh Kusain khusus bagi bocah yang belum mampu memainkan layangan dandang yang berukuran raksasa.
Setelah ratusan layang-layang diterbangkan, bermacam warna warni layangan memperindah pemandangan langit biru di pantai itu.
Meski memperebutkan hadiah bagi 15 layangan terpilih, ratusan peserta memilih santai menikmati suasana. Mereka yang datang tidak begitu tergiur dengan hadiah puluhan juta yang disediakan panitia, karena mereka datang atas dasar bangga untuk melestarikan tradisi lokal yang telah mendunia ini.
Baca juga: Tanah Laut terbangkan 900 layangan tradisional pecahkan rekor MURI

Editor: Sapto Heru Purnomojoyo
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.