Jakarta (ANTARA) - Organisasi nirlaba Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (MASINDO) kembali menyerukan pentingnya membangun budaya sadar risiko dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Ketua MASINDO, Dimas Syailendra mengatakan bahwa kesadaran akan risiko belum menjadi bagian dari pola pikir masyarakat secara umum.
“Budaya sadar risiko adalah cara berpikir yang memandang jauh ke depan. Bukan ‘nanti bagaimana?’, tetapi ‘bagaimana nanti?’,” ujar Dimas dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis.
MASINDO menekankan bahwa kesadaran terhadap risiko tidak hanya relevan dalam konteks keselamatan lalu lintas, tetapi juga menyangkut isu yang lebih luas, seperti kesehatan, lingkungan, ekonomi, hingga keamanan investasi digital.
Dimas menilai, dalam banyak kasus, pengambilan keputusan masih didorong oleh emosi atau kebiasaan, tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang.
Baca juga: Masindo: Beralih ke tembakau alternatif bisa kurangi biaya kesehatan
Salah satu contoh yang disorot adalah jebakan investasi bodong yang marak terjadi karena kurangnya pemahaman atas risiko.
Selain itu, Dimas juga mengidentifikasi dua tipe masyarakat dalam menyikapi risiko. Pertama, mereka yang tidak menyadari adanya risiko dan bertindak impulsif.
Kedua, yang sadar risiko namun memilih mengabaikannya karena merasa tidak langsung terdampak.
Ia mencontohkan, tindakan berkendara tanpa helm atau sabuk pengaman sebagai bentuk pengabaian risiko yang umum dijumpai.
Dalam konteks kebiasaan merokok, MASINDO juga mempromosikan strategi harm reduction atau pengurangan risiko.
Ia menyadari bahwa berhenti merokok sepenuhnya memang ideal, namun tidak selalu mudah.
Baca juga: Masindo: Tembakau alternatif, solusi sadar risiko bagi perokok dewasa
Untuk itu, MASINDO mendorong transisi menuju produk alternatif seperti rokok elektronik, produk tembakau yang dipanaskan, atau kantong nikotin yang dinilai memiliki risiko lebih rendah karena tidak melalui proses pembakaran.
“Kami mengampanyekan #KurangiRisiko sebagai pendekatan yang lebih realistis. Lebih baik ada kemajuan kecil daripada tidak sama sekali,” ujar Dimas.
Lebih lanjut ia menyampaikan, membangun budaya sadar risiko bukan soal menciptakan ketakutan, tetapi mengembangkan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan.
Dimas menegaskan bahwa budaya ini perlu ditanamkan secara konsisten untuk menciptakan masyarakat yang lebih tangguh dalam menghadapi tantangan masa depan.
Sejak didirikan pada tahun 2021, MASINDO telah menggelar berbagai program edukatif, baik secara daring maupun luring, bekerja sama dengan pemerintah, swasta, akademisi, media, serta komunitas masyarakat.
Organisasi ini mendorong agar pendekatan sadar risiko bisa masuk dalam kebijakan publik dan regulasi nasional.
“Sadar risiko bukan tentang menjadi takut, tapi menjadi lebih bijak. Karena yang kita hadapi bukan sekadar kemungkinan, melainkan masa depan,” pungkasnya.
Baca juga: MASINDO: Kajian lebih lanjut produk tembakau alternatif diperlukan
Baca juga: Masindo edukasi pentingnya budaya sadar risiko kepada komika di Jakbar
Baca juga: Kolaborasi lintas sektoral tingkatkan konsep sadar risiko
Pewarta: Adimas Raditya Fahky P
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.