Luhut bicarakan kerja sama Danantara dengan lembaga sejenis di China

10 hours ago 4

Beijing (ANTARA) - Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan melakukan kunjungan kerja ke China dan bertemu sejumlah pejabat Tiongkok dengan salah satu agenda untuk mempromosikan keunggulan Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara).

"Saat pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Wang Yi, saya sampaikan bahwa Danantara ini konsolidasi dari semua aset BUMN kita. Jadi kita buat lebih transparan, lebih profesional," kata Luhut kepada ANTARA di Beijing, Kamis (22/5).

Luhut Binsar Panjaitan melakukan lawatan ke Beijing pada 20-22 Mei 2025 bersama dengan Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional⁠ ⁠(DEN) Mari Elka Pangestu, Anggota sekaligus Direktur Eksekutif DEN Mochammad Firman Hidayat, Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono, Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala BKPM Todotua Pasaribu, Chief Information Officer Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BP Danantara) Pandu Sjahrir, dan pejabat terkait lainnya.

Selain bertemu dengan Menlu Wang Yi, sejumlah delegasi juga bertemu dengan Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China (NDRC), lembaga pengelola dana kekayaan negara China China Investment Corporation (CIC), Bank Industrial and Commercial Bank of China (ICBC), State Development and Investment Corporation (SDIC) hingga Bank Of China (BOC).

"Danantara asetnya hampir 1 triliun dolar AS. Jadi saya sampaikan ke Menlu Wang Yi, 'Kenapa tidak kita buat 'Joint Sovereign Wealth Fund' untuk satu tujuan, misalnya Danantara mengalokasikan satu miliar dolar AS dan pihak China satu miliar dolar AS atau jumlah yang lain, dan sepertinya akan berjalan," ungkap Luhut.

Total aset yang akan dikelola Danantara sejak resmi diluncurkan pada 24 Februari 2025 tersebut mencapai 900 miliar dolar AS atau sekitar Rp14.000 triliun.

Pendanaan awal Danantara adalah sebesar 20 miliar dolar AS atau sekitar Rp326 triliun dengan fokus berbagai proyek seperti hilirisasi nikel, bauksit, dan tembaga; pembangunan pusat data; pengembangan kecerdasan buatan, pembangunan kilang minyak pabrik petrokimia, produksi pangan dan protein serta pengembangan energi terbarukan.

Baca juga: Media China ingin tahu soal Danantara, kata Dubes RI

Luhut mengatakan baik pemerintah maupun pengusaha China masih menilai bahwa Indonesia sebagai lokasi investasi yang bagus.

"Mereka juga dapat untung dari kita karena saya sampaikan China juga untuk masalah suplai 'critical mineral' bisa China gabung dengan kita dan kita ajak juga Amerika kalau dia mau, Abu Dhabi juga, kenapa harus bertengkar?" kata Luhut seraya menambahkan bahwa yang perlu dilakukan saat ini adalah implementasi langsung di lapangan.

"Yang saya tangkap di China semua sejalan, jadi kompak, tidak ada yang bicara ke utara, ke timur, ke selatan. Habis energi. Dan saya pikir Presiden Prabowo orangnya kan juga jelas semuanya, tinggal sekarang pembantunya harus cepat melakukan implementasinya," ungkap Luhut.

Selain soal Danantara, pembicaraan dengan pejabat di China juga terkait dengan ekonomi hijau dan pengaplikasian "Carbon Capture and Storage" dan "Carbon Capture Utilisation and Storage" (CCS/CCUS).

CCS/CCUS merupakan teknologi yang memungkinkan emisi karbon dioksida (CO2) dipisahkan dari sumbernya, diangkut, dan disimpan secara permanen di bawah tanah. Teknologi ini memiliki potensi besar untuk mengurangi emisi CO2 dari berbagai sektor industri, seperti pembangkit listrik, industri berat dan manufaktur.

"Carbon capture storage kita punya 600 giga ton. Jadi kita bikin kerja samanya, dimasukkan ke bawah tanah sehingga bisa 'green'. Semua target emisi karbon 2050 bisa juga kita capai," ungkap Luhut.

Baca juga: Rosan ungkap Danantara bantu pendanaan proyek baterai EV digarap CATL

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Rahmad Nasution
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |