Yogyakarta (ANTARA) - Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Perum LKBN ANTARA Nina Kurnia Dewi menyebut "experiential learning" atau pembelajaran berbasis pengalaman bisa menjadi metode efektif untuk mengembangkan SDM perusahaan menghadapi tantangan global.
"Benjamin Franklin pernah mengatakan bahwa pengalaman adalah guru terbaik. Tapi tantangannya bagaimana perusahaan bisa mengelola pengalaman yang 'excellent', maupun pengalaman yang buruk untuk pengembangan organisasi," ujar Nina dalam "15th Indonesia L&D Summit" bertajuk "Membangun Keterampilan Menuju SDM Global" di Yogyakarta, Jumat.
Nina menyampaikan bahwa setiap pengalaman, baik yang positif atau membanggakan maupun yang buruk sejatinya memiliki nilai pembelajaran tersendiri apabila dikaji dan direfleksikan dengan baik.
"Keduanya bisa melahirkan pengalaman baru untuk menjadi solusi permasalahan-permasalahan baru di masa yang akan datang," kata dia.
Dalam konteks perusahaan, menurut Nina, pemanfaatan dua sisi pengalaman tersebut menjadi kunci membentuk SDM atau talenta yang tangguh dan siap menghadapi tantangan bisnis yang semakin kompleks.
"Masing-masing individu juga harus begitu. Kita semua memiliki pengalaman baik dan buruk yang dapat menjadi bahan refleksi untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kompetensi," katanya.
Nina menjelaskan, dalam "experiential learning" terdapat empat tahapan penting yakni mengalami langsung suatu peristiwa, melakukan refleksi untuk memahami penyebab dan dampaknya, mengabstraksikan pembelajaran melalui sintesis dan analogi, serta menerapkan hasil pembelajaran itu ke dalam tindakan nyata.
Dia mencontohkan kegiatan "outbound" merupakan salah satu bentuk "experiential learning" yang sering digunakan perusahaan. Namun, ia mengingatkan agar kegiatan semacam itu tidak dijadikan agenda hiburan semata.
"Jangan serahkan sepenuhnya ke 'event organizer'. Kita harus bisa mengintrospeksi, kira-kira perusahaan ini atau organisasi ini perlu kompetensi apa yang perlu ditingkatkan. Dari situ, kemudian baru kita diskusi dengan penyelenggara 'outbound'-nya," ujar dia.
Lebih jauh, Nina menyebut pembelajaran berbasis pengalaman juga menjadi sangat relevan di tengah gempuran teknologi kecerdasan buatan (AI).
Kendati AI mampu menggantikan banyak fungsi pekerjaan, dia menegaskan bahwa peran manusia dalam memberikan insight, empati, dan pengambilan keputusan strategis tetap tidak akan tergantikan.
"AI itu kan pintar luar biasa, tapi pintarnya juga karena kita yang mengisi 'machine learning' itu dengan pengetahuan kita. Optimismenya adalah tetap, 'insight' dari manusia itu sangat diperlukan," ucap dia.
Menghadapi era "volatility, uncertainty, complexity, and ambiguity" (VUCA) dan tantangan geopolitik serta efisiensi anggaran di berbagai sektor, menurut Nina, "experiential learning" bisa menjadi salah satu pendekatan untuk mempertahankan daya saing dan keberlanjutan perusahaan.
"Kita sebagai SDM, dan juga yang menangani SDM, harus bisa menyesuaikan diri dengan 'agility', dengan kolaborasi, dengan desain dan pemikiran-pemikiran kritis untuk menyelamatkan perusahaan," tutur Nina Kurnia Dewi.
Baca juga: Ekonom : Tingkatkan SDM guna tarik investasi ke sektor digital RI
Baca juga: KAI Commuter-perusahaan Jepang kerja sama tingkatkan keterampilan SDM
Baca juga: 'Asisten AI' tingkatkan kualitas SDM Indonesia melalui inovasi
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025