Jakarta (ANTARA) - Di tengah persaingan yang kian ketat, industri e-commerce (lokapasar) perlu memiliki nilai tambah dan kemampuan untuk dapat membaca kebutuhan konsumen yang terus berubah sekaligus mempertahankan loyalitas mereka.
CCO & Co-Founder Blibli, Hendry mengatakan bahwa saat ini e-commerce harus bisa mengidentifikasi kebutuhan konsumen modern yang terus berubah.
"Seperti industri retail dan e-commerce yang terus berubah, kebutuhan konsumen juga mengalami transformasi," kata Hendry dalam keterangan tertulis pada Rabu.
Tanpa disadari, kata dia, banyak konsumen yang dalam kesehariannya telah menggabungkan pengalaman belanja online dan offline. Hal itu sejalan dengan studi Nielsen IQ pada 2023, yang menyebut bahwa 71 persen konsumen lebih memilih belanja omnichannel (gabungan pengalaman online dan offline) karena menginginkan kemudahan, personalisasi, dan integrasi dari awal hingga akhir.
Baca juga: Berniaga di lokapasar membuka jalan bagi purna migran menjadi juragan
"Ditemukan bahwa konsumen modern menginginkan fleksibilitas dalam berbelanja. Mereka sering kali memulai dengan menjelajahi produk secara online, membandingkan harga, dan mencari promo, lalu memilih untuk mengambil atau memeriksa barang di toko offline," jelas dia.
"Dari sisi pembayaran, konsumen kian kritis dan mencari opsi pembayaran fleksibel dan promo di online, sambil mempertahankan preferensi bisa memeriksa barang secara langsung sebelum memutuskan untuk membawanya pulang," tutur Hendry yang juga salah satu pendiri Blibli itu.
Baca juga: Lokapasar nilai program afiliasi penting untuk perluas pasar
Nilai tambah
Dengan perubahan kebutuhan konsumen tersebut, kata dia, perusahaan harus berevolusi dan berinovasi untuk merebut hati pelanggan, sekaligus menciptakan nilai tambah untuk menumbuhkan kepercayaan pelanggan di masa depan.
"Nilai tambah bisa diraih jika perusahaan bertransformasi menjadi solution company, di mana perusahaan memberikan layanan bernilai lebih untuk menjawab masalah keseharian yang dihadapi para pelanggan, baik itu retail maupun perusahaan/pemilik merek," kata dia.
Ia menjelaskan, dalam berkompetisi di dunia retail dan e-commerce saat ini, ada enam pilar utama yang perlu diperhatikan oleh perusahaan, yakni:
Baca juga: Kementerian UMKM minta lokapasar lindungi produk lokal Indonesia
Pertama, solusi omnichannel yang memungkinkan konsumen untuk bertransaksi jual-beli kapan saja dan di kanal mana saja. Bagi pelanggan B2B/pemilik merek, hal ini mendorong efisiensi biaya ekspansi pasar bagi mereka.
Kedua, program loyalitas yang meningkatkan traffic perusahaan dan menjaga kesetiaan pelanggan terhadap perusahaan.
Ketiga, Value Added Services atau layanan bernilai tambah untuk mendorong pertumbuhan pendapatan dan meningkatkan Customer Lifetime Value (CLV), di antaranya melayani tukar tambah barang, atau bundle produk gadget yang termasuk perlindungan asuransi.
Baca juga: Strategi e-commerce tarik minat konsumen selama libur Lebaran
Keempat, ekspansi distribusi, yang ke depannya akan menjadi tulang punggung bisnis fulfilment perusahaan, mulai dari armada pengiriman, jaringan pergudangan, sertifikasi pergudangan halal untuk pasar yang mayoritas muslim seperti Indonesia.
Kelima, pengembangan produk dengan merek sendiri (private label), yang menawarkan kualitas terjamin dengan harga lebih kompetitif serta memberikan keuntungan lebih besar bagi perusahaan. Strategi ini juga bisa meningkatkan pertumbuhan bisnis di kategori produk kebutuhan utama atau sehari-hari.
"Terakhir, perusahaan bisa memberikan layanan keuangan yang membuka sumber pendapatan baru bagi perusahaan dan memperkuat loyalitas pelanggan, seperti produk investasi, co-branding kartu kredit atau paylater," tutup Hendry.
Baca juga: Pemerintah minta koperasi manfaatkan lokapasar agar mampu bersaing
Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2025