Jakarta (ANTARA) - Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Ace Hasan Syadzily mengatakan saat ini keterbukaan informasi adalah sebuah keniscayaan dan merupakan bagian strategis dari ketahanan nasional di era disrupsi teknologi.
"Kehidupan masyarakat yang melek akan teknologi dan informasi semakin lekat dalam kehidupan sehari-hari. Demikian pula kemajuan teknologi yang diikuti perkembangan media di tengah masyarakat telah menjadi bagian yang sangat strategis dalam mempengaruhi kondisi ketahanan nasional bangsa," kata Ace dalam acara Pameran Keterbukaan Informasi Publik 2025 di Jakarta Selatan, Selasa.
Ace mengatakan negara juga berkewajiban untuk menyediakan informasi publik sebagai alat pemberdayaan masyarakat, sebagaimana yang diatur di dalam Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP).
Ia juga mengingatkan bahwa pada hakikatnya masyarakat berperan aktif dalam melakukan pengawasan terhadap berbagai kebijakan dan tugas yang dijalankan oleh badan publik.
Ace juga menyebut bahwa informasi telah menjadi penggerak bagi perubahan peradaban dunia dan pembentuk pemahaman publik.
"Secara keseluruhan informasi yang diperoleh masyarakat tidak lagi hanya bersifat mendidik atau edukasi dalam hidup tetapi juga membentuk pemahaman masyarakat," ujarnya.
Lebih lanjut Ia mengatakan kehadiran era disrupsi teknologi terlihat jelas dengan kehadiran kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) yang kian mengaburkan batas-batas informasi.
"Kondisi ini semakin nyata seiring dengan kehadiran teknologi artificial intelligence yang merupakan salah satu dari kemajuan teknologi digital. Teknologi AI kini dapat memproduksi konten dengan cepat dan efisien, bahkan mampu menciptakan berita palsu atau hoaks yang berdampak pada disinformasi publik dan dapat merusak kohesi sosial serta integritas bangsa," kata Ace.
Oleh karena itu Ace mengajak masyarakat untuk terus berpikir kritis dan melihat berbagai isu dari dua sisi dan jangan sampai masyarakat terisolasi secara intelektual karena tidak mendapatkan informasi dan pandangan yang berbeda.
"Inilah tantangan baru dalam dunia digital kita. Disrupsi teknologi dengan segala kemudahan informasi yang diperoleh menjadikan masyarakat sulit untuk memfilter, mengurasi, dan menilai informasi yang relevan. Begitu juga dengan personalisasi algoritma di dalam platform media sosial telah menciptakan filter bubble. Dimana masyarakat tanpa sadar menjadi terisolasi secara intelektual dan tidak mendapatkan informasi dan pandangan yang berbeda secara cukup. Masyarakat terkungkung oleh opini yang hanya sesuai dengan keinginan dirinya sendiri," ujarnya.
Mengakhiri sambutannya, Ace meminta badan publik untuk menjadikan Pameran Keterbukaan Publik sebagai sarana strategis untuk beradaptasi dalam memberikan pelayanan strategis soal penyelenggaraan negara yang akuntabel dan transparan serta mampu mewujudkan literasi digital kebangsaan dalam menjaga kohesi sosial bangsa.
"Sebuah bangsa dan negara yang tanggung bukanlah yang tidak pernah goyang melainkan yang tahu bagaimana beradaptasi dan bertransformasi dalam menghadapi setiap goncangan yang terjadi," tutur Ace.
Baca juga: Lemhannas: Pemindahan warga Gaza ke Galang atas dasar kemanusiaan
Baca juga: Lemhannas apresiasi pemerintah kirimkan bantuan logistik ke jalur Gaza
Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.