Laporan: Tenaga surya-penyimpanan solusi terjangkau transisi energi

2 hours ago 1

Fuzhou (ANTARA) - Tenaga surya yang dikombinasikan dengan penyimpanan energi telah menjadi solusi paling terjangkau dan dapat diandalkan untuk mempercepat transisi global dari bahan bakar fosil, menurut laporan Badan Energi Terbarukan Internasional (Irena) dalam kemitraan dengan CATL, produsen baterai terkemuka di China, Rabu.

Temuan ini diumumkan oleh Kepala Koalisi untuk Aksi di Irena Ilina Stefanova, dalam sebuah pidato utama di Konferensi Penyimpanan Energi Dunia (World Energy Storage Conference) di Ningde, Provinsi Fujian, China timur.

"Tenaga surya fotovoltaik (photovoltaic/PV) yang dipasangkan dengan penyimpanan energi kini menjadi salah satu cara yang paling hemat biaya untuk memenuhi permintaan listrik yang terus meningkat," kata Stefanova.

"Kita memiliki teknologi dan pengetahuan untuk mempercepat kemajuan. Yang kita butuhkan saat ini adalah kebijakan dan investasi yang selaras," ujar dia.

Laporan yang berjudul "Penentu Penting untuk Transisi Energi: Tenaga Surya PV dan Penyimpanan Energi" (Key Enablers for the Energy Transition: Solar PV and Storage), memberikan bukti kuat bahwa kombinasi tenaga surya-penyimpanan energi tidak hanya memungkinkan secara teknis, tetapi juga semakin mengungguli bahan bakar fosil dalam hal biaya.

Pada 2010 hingga 2024, biaya listrik rata-rata (levelized cost of electricity/LCOE) dari tenaga surya PV skala utilitas turun 90 persen menjadi 0,043 dolar AS per kilowatt jam (kWh), atau 41 persen lebih rendah daripada alternatif bahan bakar fosil yang paling murah.

Pada periode yang sama, biaya proyek penyimpanan baterai turun 93 persen dari 2.571 dolar AS (1 dolar AS = Rp16.430) per kWh menjadi 192 dolar AS.

"Penurunan biaya ini tidak hanya bersifat inkremental. Ini transformasional," ujar Stefanova menekankan.

Seiring perkembangan baterai lithium-ion untuk menyediakan penyimpanan energi dengan durasi yang lebih lama, baterai ini memungkinkan tenaga surya untuk memenuhi puncak permintaan di malam hari dan memberikan stabilitas jaringan.

Laporan tersebut menyoroti bahwa penyimpanan energi membantu menghindari peningkatan jaringan yang mahal, mengurangi pembatasan energi terbarukan, dan meningkatkan efisiensi transmisi.

Guna mewujudkan potensi ini, laporan tersebut menyarankan pemerintah untuk memperlakukan penyimpanan energi sebagai aspek penting dalam perencanaan jaringan listrik.

Investasi tahunan sebesar 720 miliar dolar AS dibutuhkan hingga 2030, namun hanya 51 persen dari jumlah tersebut yang diinvestasikan pada 2023.

Laporan itu juga mendesak reformasi pasar listrik, sekaligus mendorong penjajakan model bisnis penyimpanan energi baru seperti penyewaan kapasitas.

Sejumlah pasar terkemuka seperti Italia, Amerika Serikat, dan Inggris telah mengizinkan penyedia penyimpanan energi untuk memperoleh pendapatan dari arbitrase energi, layanan kapasitas, dan dukungan tambahan.

Ini merupakan laporan pertama Irena yang didedikasikan terutama untuk penyimpanan energi, hasil dari kolaborasi mendalam pertamanya dengan perusahaan China.

Pewarta: Xinhua
Editor: Indra Arief Pribadi
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |