Jakarta (ANTARA) - Bilal bin Rabah adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang memiliki peran penting dalam sejarah Islam sebagai muadzin pertama yang mengumandangkan adzan.
Lahir di wilayah As-Sarah sekitar 43 tahun sebelum hijrah, Bilal dikenal karena dedikasinya yang luar biasa terhadap ajaran Islam, meskipun menghadapi berbagai tantangan dan siksaan.
Baca juga: Pengakuan Roger Danuarta belajar cara adzan di film "#BerhentiDiKamu"
Latar belakang kehidupan Bilal bin Rabah
Sebelum memeluk Islam, Bilal adalah seorang budak milik Umayyah bin Khalaf, seorang tokoh Quraisy yang dikenal keras menentang ajaran Islam.
Setelah menyatakan keislamannya, Bilal menghadapi berbagai siksaan berat dari majikannya. Namun, keteguhan imannya menarik perhatian Abu Bakar Ash-Shiddiq, yang kemudian membelinya dan membebaskannya dari perbudakan.
Setelah dimerdekakan, Bilal menjadi salah satu sahabat terdekat Rasulullah SAW dan dipercaya sebagai muadzin pertama dalam sejarah Islam di dunia.
Peran Bilal sebagai Muadzin pertama
Penetapan adzan sebagai panggilan untuk shalat terjadi pada tahun pertama Hijriyah di Madinah. Rasulullah SAW memilih Bilal sebagai muadzin pertama karena suaranya yang lantang dan merdu, serta kemampuannya menghayati kalimat-kalimat adzan dengan penuh keikhlasan.
Bilal mengumandangkan adzan untuk menandai masuknya waktu shalat, baik dalam keadaan normal, saat perjalanan, maupun ketika perang.
Baca juga: Cek fakta, video Gibran Rakabuming melantunkan adzan ke bayi
Keistimewaan Bilal di sisi Rasulullah SAW
Bilal memiliki kedudukan istimewa di sisi Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda bahwa beliau mendengar suara sandal Bilal di surga, yang menunjukkan tingginya derajat Bilal di sisi Allah SWT. Selain itu, Bilal senantiasa menjaga wudhu dan memiliki disiplin tinggi dalam menjalankan tugasnya sebagai muadzin.
Hadits nabi:
يَا بِلاَلُ بِمَ سَبَقْتَنِى إِلَى الْجَنَّةِ مَا دَخَلْتُ الْجَنَّةَ قَطُّ إِلاَّ سَمِعْتُ خَشْخَشَتَكَ أَمَامِى دَخَلْتُ الْبَارِحَةَ الْجَنَّةَ فَسَمِعْتُ خَشْخَشَتَكَ أَمَامِى. يا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَذَّنْتُ قَطُّ إِلاَّ صَلَّيْتُ رَكْعَتَيْنِ وَمَا أَصَابَنِى حَدَثٌ قَطُّ إِلاَّ تَوَضَّأْتُ عِنْدَهَا وَرَأَيْتُ أَنَّ لِلَّهِ عَلَىَّ رَكْعَتَيْنِ
Artinya: Wahai Bilal, kenapa engkau mendahuluiku masuk surga? Aku tidaklah masuk surga sama sekali melainkan aku mendengar suara sandalmu di hadapanku. Aku memasuki surga pada malam hari dan aku dengar suara sandalmu di hadapanku. Ya Rasulallah, aku biasa tidak meninggalkan shalat dua rakaat sedikitpun. Setiap kali aku berhadats, aku lantas berwudhu dan aku membebani diriku dengan shalat dua rakaat setelah itu. (HR Turmidzi)
Akhir hayat dan warisan Bilal bin Rabah
Setelah wafatnya Rasulullah SAW, Bilal merasa sangat kehilangan dan memutuskan untuk berhenti mengumandangkan adzan. Ia kemudian pindah ke Suriah dan berpartisipasi dalam berbagai ekspedisi militer.
Meskipun demikian, dedikasi dan pengorbanannya dalam menyebarkan ajaran Islam tetap dikenang sepanjang masa. Bilal bin Rabah meninggal dunia pada usia sekitar 60 tahun, meninggalkan warisan sebagai muadzin pertama dan simbol keteguhan iman dalam sejarah Islam.
Kisah Bilal bin Rabah mengajarkan umat Islam tentang keteguhan iman, keberanian, dan dedikasi dalam menjalankan ajaran Islam. Sebagai muadzin pertama, perannya sangat vital dalam sejarah peradaban Islam, dan namanya akan selalu dikenang sebagai simbol keikhlasan dan pengorbanan dalam menegakkan agama Allah.
Baca juga: Hoaks! Video masjid di Palestina dibom saat mengumandangkan adzan pada 25 Oktober
Baca juga: Doa setelah Adzan dan iqomah dalam Arab dan latin
Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025