Ketahui beberapa mitos tentang protein yang beredar di masyarakat

3 months ago 12

Jakarta (ANTARA) - Beberapa mitos mengenai protein mungkin kerap didengar di sekitar kita, bahkan mitos tersebut sulit sekali dibedakan dari fakta dan sekadar informasi yang tak jelas.

Dikutip dari Health, Kamis, berikut sederet mitos mengenai protein yang sebaiknya diketahui.

1. Mitos tubuh hanya dapat menyerap 30 gram protein per sekali makan

Sebuah studi pada 2023 mengemukakan bahwa dosis protein 100 gram menghasilkan respons anabolik yang jauh lebih besar dan tahan lama. Artinya, tubuh dapat menangani dan memanfaatkan protein dosis tinggi dalam sekali makan terutama saat stres fisik atau metabolik meningkat.

Dengan demikian tak perlu membatasi asupan protein hingga 30 gram, namun juga tak berarti perlu mengonsumsi protein dalam porsi besar.

Baca juga: Sederet bahan makanan yang baik untuk kesehatan otak

2. Lansia tak membutuhkan banyak protein

Faktanya, menjalani diet rendah protein dapat berdampak negatif pada kesehatan tulang dan masa otot lansia.

Masa otot berkurang seiring pertambahan usia serta tubuh tidak merespons protein secara efisien atau disebut sebagai resistensi anabolik.

Dengan demikian lansia perlu mengonsumsi lebih banyak protein untuk mendapatkan manfaat yang sama. Studi menyebut bahwa individu berusia 65 tahun ke atas membutuhkan 1-1,3 gram protein per kilogram per hari untuk kesehatan dan fungsi fisik secara keseluruhan.

3. Wajib makan protein setelah olahraga

Mengonsumsi asupan protein tinggi setelah latihan mampu merangsang pertumbuhan otot, namun sebuah penelitian mengemukakan bahwa asupan protein secara keseluruhan adalah yang terpenting.

Ahli menyarankan bahwa mengonsumsi protein yang lebih seimbang dapat dilakukan dengan membagi asupan protein antara sarapan, makan siang dan camilan.

Baca juga: Makan kacang-kacangan bantu penuhi protein yang sama dengan daging

4. Diet tinggi protein tak baik bagi ginjal

Penelitian menunjukkan bahwa asupan protein hingga lima kali lipat dari angka kecukupan gizi, aman dan tidak berdampak negatif pada kesehatan atau fungsi ginjal pada orang sehat.

Penderita ginjal mungkin perlu mengurangi asupan protein untuk mengelola kondisi fungsi ginjal.

5. Kebutuhan protein hanya bisa didapatkan dari daging

Meskipun benar bahwa sebagian besar protein nabati merupakan sumber protein yang tidak lengkap karena kekurangan satu asam amino esensial, individu dapat memperoleh semua protein yang dibutuhkan dari sumber nabati.

Penelitian menunjukkan bahwa vegetarian dan vegan mungkin perlu mengonsumsi sekitar 20-40 persen lebih. Banyak protein nabati daripada protein hewani untuk menyamai kadar asam amino esensial yang dibutuhkan.

Bagi masyarakat yang menerapkan pola vegan atau vegetarian bisa memilih makanan berbahan dasar kedelai seperti tahu dan tempe.

6. Mengonsumsi protein tinggi berbahaya bagi tulang

Nyatanya, protein diperlukan untuk kesehatan tulang, protein bahkan membentuk sekitar 50 persen volume tulang dan sepertiga masa otot. Kekurangan protein justru meningkatkan risiko patah tulang dan penyakit tulang seperti osteoporosis.

7. Protein hanya untuk orang yang aktif

Meski orang yang aktif secara fisik memang membutuhkan lebih banyak protein daripada yang jarang bergerak, namun protein pada umumnya penting bagi semua kalangan termasuk yang tidak aktif bergerak.

Sebuah penelitian mengungkapkan orang dewasa sehat harus mengonsumsi sekitar 1-1,2 gram per kilogram protein per hari terlepas dari kebiasaan aktivitas fisik.

Baca juga: Asupan protein hewani penting dalam penanganan obesitas anak

Baca juga: Kaya protein, ini khasiat telur puyuh untuk kesehatan

Baca juga: Studi: Protein klotho mampu perpanjang usia hingga 16 tahun

Penerjemah: Sinta Ambarwati
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |