Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kehutanan (Kemenhut) melalui Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) menghasilkan produk wood chip atau serpihan kayu untuk mendukung energi terbarukan.
"Jadi lahan-lahan ini agroforestri dengan tanaman-tanaman energi, sehingga nanti mereka bisa menghasilkan wood chip namanya, untuk mendukung program energi. Ini sudah mulai kita lakukan bersama dengan para pihak yang menyediakan pasokan energi." kata Sekretaris Jenderal Kemenhut Mahfudz di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Kemenhut: Agroforestri di Perhutanan Sosial jaga ketersediaan pangan
Dia menjelaskan, lahan-lahan kehutanan yang dimiliki KUPS tidak hanya digunakan untuk fungsi ekologi semata, tetapi juga dikembangkan dengan sistem agroforestri berbasis tanaman energi, melalui penanaman spesies tanaman cepat tumbuh yang dapat menghasilkan biomassa, sehingga tidak mengganggu fungsi utama hutan sekaligus memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat sekitar.
Selain fokus pada fungsi utama sektor kehutanan, Kemenhut juga berkolaborasi dengan berbagai perusahaan di sektor energi, di antaranya PLN dan Restrindo sebagai wujud sinergi lintas sektor dalam mendukung transisi energi nasional.
Baca juga: Kemenhut: Potensi 1,9 juta ha perhutanan sosial untuk ketahanan pangan
Kerja sama yang dilakukan adalah melalui program co-firing, yakni pencampuran biomassa dengan batu bara dalam pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Dengan sistem ini, penggunaan energi fosil dapat dikurangi secara bertahap dan digantikan oleh bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.
KUPS akan menjadi penyedia bahan baku biomassa melalui hasil pengelolaan lahan.
"Ini sudah mulai kita lakukan, bersama dengan para pihak yang menyediakan pasokan energi. Jadi kita tumbuhkan dari sektor pangan, energi, dan air tentu dengan hutan yang baik, tentu kualitas air kita akan sempurna," ucap Mahfudz.
Baca juga: Kemenhut intensif dukung penambahan KUPS di wilayah hutan adat
Inisiatif tersebut tentu memerlukan kerja sama dengan perindustrian, perdagangan, tenaga kerja, desa, pariwisata, serta berbagai pihak lintas kementerian/lembaga mengingat saat ini pembeli atau off-taker produk-produk di sektor energi terbarukan masih belum banyak.
"Ini kan kayu energi, jadi harus dekat dengan kantong-kantong sumber energinya, kan kita enggak banyak juga off-takernya, karena kalau enggak juga enggak ada yang beli, sementara kita yang berjalan di Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat," tuturnya.
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.