Padang (ANTARA) - Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) RI menilai usulan penambahan jumlah dokter yang disampaikan Presiden Prabowo Subianto merupakan upaya dalam rangka memperkuat sistem kesehatan nasional.
"Kalau kita punya Generasi Emas 2045, berarti Indonesia harus sehat 2045," kata Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kemendiktisaintek Khairul Munadi di Padang, Sumatera Barat, Jumat.
Meskipun demikian, Khairul Munadi menggarisbawahi penambahan jumlah dokter di Indonesia harus tetap memerhatikan mutu atau kualitas dokter. Sebab, kajian tentang kesehatan sangat berpengaruh pada upaya menangani manusia.
"Jadi tidak mungkin aspek mutu itu diabaikan," kata dia menegaskan.
Baca juga: Swedia - Siloam jalin kolaborasi perkuat sistem kesehatan nasional
Untuk menindaklanjuti arahan Presiden Prabowo Subianto yang menginginkan tambahan jumlah dokter, Kemendiktisaintek segera membentuk satuan tugas untuk menyikapi usulan itu.
Selain bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan, Kemendiktisaintek juga akan berkoordinasi dengan Asosiasi Institut Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI).
Nantinya, perguruan tinggi yang sudah memiliki program studi kesehatan atau fakultas kedokteran dengan kapasitas atau kualitas yang mumpuni akan ditugasi membina fakultas kedokteran yang lain termasuk fakultas kedokteran yang baru.
"Kita berharap kolaborasi dan kerja sama kemitraan ini akan mempercepat proses pemenuhan jumlah ataupun kebutuhan dokter di Indonesia," katanya.
Baca juga: Ketua Aslabkesda: Labkesmas perlu dukung sistem kesehatan nasional
Terkait pernyataan kepala negara yang menyebut agar dalam pembukaan fakultas kedokteran baru tidak terhambat regulasi yang kuno, Kemendiktisaintek segera dan sedang melakukan deregulasi.
Sebagai contoh instrumen-instrumen akreditasi yang selama ini rumit akan ditinjau ulang agar lebih sederhana tetapi tidak mengurangi mutu atau kualitasnya.
"Ini yang terus kita dorong sehingga berdekatan dengan academic health system," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) Budi Santoso mengatakan pendekatan academic health system adalah upaya mencetak dokter, dokter spesialis dengan melibatkan partner sekitarnya. Baik itu rumah sakit jejaring, laboratorium, pemerintahan daerah, dinas kesehatan provinsi hingga dinas kesehatan daerah.
"Jadi, mereka dalam melakukan proses pendidikannya melibatkan rumah sakit atau pemerintahan daerah, itu yang disebut dengan academic health system," ujarnya.
Baca juga: Komisi IX DPR-RI dukung agenda transformasi sistem kesehatan nasional
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.