Kebutuhan anggaran penanggulangan TB tahun 2025 sebesar Rp2,4 triliun

1 week ago 6

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan bahwa kebutuhan anggaran program penanggulangan tuberkulosis (TB/TBC) pada tahun 2025 sebesar Rp2,4 triliun, naik dari tahun lalu sebesar Rp2,27 triliun.

“Secara anggaran ada kenaikan sedikit dari 2024, (bertambah sekitar) Rp200 miliar di tahun 2025,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal (Dirjen) Penanggulangan Penyakit Kemenkes Murti Utami dalam Rapat Panitia Kerja (Panja) Pengawasan Mengenai Jaminan Kesehatan Nasional bersama Komisi IX DPR RI di Jakarta, Rabu.

Secara rinci, target penemuan kasus meningkat dari 856.420 pasien pada 2024 menjadi 981 ribu pasien pada 2025 dengan anggaran Rp1,47 triliun, lalu pengobatan diharapkan mencapai 931.950 ribu dari sebelumnya 788 ribu dengan anggaran Rp633 miliar, dan pencegahan ditargetkan 100 ribu dari tahun 2024 sebanyak 79.008 ribu dengan anggaran Rp182 miliar.

Adapun anggaran promosi kesehatan dan lintas sektor serta dukungan manajemen, masing-masing Rp15,29 miliar dan Rp107,6 miliar.

Lebih lanjut, Murti menerangkan bahwa ada hibah Xray untuk penemuan kasus dari United States Agency for International Development (USAID) sebanyak 24 buah yang sudah sampai di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, dan sedang proses untuk izin (clearance) keluar. Rencananya, 24 buah Xray akan diberikan kepada Rumah Sakit (RS) TNI dan Polri.

“Rencana tahun ini juga kita akan mendapatkan global fund sebanyak 27 unit (Xray) yang akan kita sebarkan dari RSUD-RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah),” ucapnya.

Anggaran penemuan kasus nantinya digunakan untuk hibah beberapa pengadaan alat melalui Strengthening of Primary Healthcare in Indonesia (SOPHI), seperti alat pemeriksaan bio-molekuler yang harus dipenuhi di Puskesmas.

Murti juga menjelaskan perihal anggaran pengobatan yang menurun dari Rp1,051 triliun pada 2024 menjadi Rp633,14 miliar disebabkan adanya perbaikan tata kelola pengadaan obat-obat melalui satu pintu, yakni Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan (Dirjen Farmalkes). Dengan begitu, di dalam melakukan pengadaan, Kemenkes benar-benar melihat ketersediaan stok yang ada di daerah-daerah.

Pihaknya menimbang pula capaian tahun 2024 mengenai jumlah kasus TB yang sudah diberikan obat (treatment entrollment) untuk kategori TB SO sebanyak 92 persen atau 779.193 pasien dari target 100 persen, TB RO sejumlah 9.573 pasien atau 79 persen dari total 90 persen, dan TPT baru mencapai 19,4 persen dengan total 79.008 pasien dari target 50 persen.

“Jadi, kami melihat kembali dan menghitung kembali kebutuhan obat itu dan kita lihat kembali, ternyata kita masih cukup untuk memenuhi sampai Februari 2026. Ini habis, mungkin kita akan duduk bersama lagi dengan Dirjen Farmalkes untuk menghitung kebutuhan di 2026 dan 2027,” ungkap dia.

Berkenaan dengan pencegahan, anggaran disebut berkurang dari Rp204,82 miliar pada tahun lalu menjadi Rp182 miliar karena sudah dilakukan pemanfaatan e-learning system. Nanti, anggaran pencegahan pada tahun ini akan dimanfaatkan untuk penelitian vaksin dan melakukan pengadaan tuberkulin.

Baca juga: Sejarah penemuan bakteri TBC oleh Robert Koch pada 1882

Baca juga: Enam mitos tentang penyakit TBC

Baca juga: Penting ikuti terapi pencegahan tuberkulosis meski sehat

Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |