Moskow (ANTARA) - Kazakhstan, yang telah memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, mengonfirmasi partisipasinya dalam Perjanjian Abraham (Abraham Accords), Jumat, sehari setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan hal tersebut.
Kementerian Luar Negeri Kazakhstan menyatakan dalam sebuah pernyataan bahwa keputusan tersebut dibuat demi kepentingan negara dengan tujuan memperkuat kerja sama dengan semua "negara yang berkepentingan".
"Keputusan penting ini dibuat semata-mata demi kepentingan Kazakhstan dan sepenuhnya konsisten dengan karakter kebijakan luar negeri republik ini yang seimbang, konstruktif, dan damai," menurut kementerian tersebut.
"Bergabung dengan Perjanjian Abraham akan berkontribusi untuk memperkuat kerja sama negara kami dengan semua negara berkepentingan dan, oleh karena itu, sepenuhnya sejalan dengan tujuan strategis Kazakhstan," tambahnya.
Kementerian Luar Negeri menambahkan bahwa Kazakhstan akan terus dengan tegas memperjuangkan penyelesaian konflik Timur Tengah yang adil, komprehensif, dan berkelanjutan berdasarkan hukum internasional, resolusi PBB yang relevan, dan prinsip "dua negara untuk dua bangsa".
Perjanjian Abraham adalah serangkaian perjanjian yang menormalisasi hubungan diplomatik antara Israel dan beberapa negara Arab selama masa jabatan pertama Trump.
Sejauh ini, Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan, dan Maroko telah bergabung dengan Perjanjian Abraham tersebut.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Normalisasi hubungan Arab Saudi-Israel, antara fantasi dan tuntutan
Baca juga: AS klaim Palestina juga mendapat manfaat dari "Abraham Accords"
Penerjemah: Cindy Frishanti Octavia
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































