Kasus anak Sukabumi, KPPPA tekankan pentingnya kepedulian masyarakat

3 weeks ago 19
Seorang anak tidak hanya menjadi tanggung jawab keluarganya, tetapi juga merupakan tanggung jawab lingkungan sekitarnya, masyarakat, pemerintah daerah, dan negara

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menekankan pentingnya empati dan kepedulian masyarakat sekitar terhadap pemenuhan hak anak.

"Kita terus mendorong empati dan kepedulian dari masyarakat, bahwa tanggung jawab untuk memenuhi hak anak itu ada di kita semua, tidak hanya pada keluarganya," kata Sekretaris Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Titi Eko Rahayu di Jakarta, Jumat.

Hal ini dikatakannya menanggapi kasus meninggalnya seorang balita perempuan di Sukabumi, Jawa Barat, akibat infeksi cacingan akut di seluruh tubuhnya.

Menurut dia, seorang anak tidak hanya menjadi tanggung jawab keluarganya, tetapi juga merupakan tanggung jawab lingkungan sekitarnya, masyarakat, pemerintah daerah, dan negara.

Baca juga: Pemerintah diminta prioritaskan perlindungan anak

"Ketika keluarganya tidak mampu, ya kita harus memiliki kepedulian untuk turut bertanggung jawab atas pemenuhan hak anak, kalau dalam hal ini hak anak untuk mendapatkan kesehatan, mendapatkan lingkungan yang lebih baik," kata Titi Eko Rahayu.

Kepedulian masyarakat sekitar penting mengingat kondisi keluarga korban yang memiliki keterbatasan sehingga memerlukan dukungan sosial yang lebih intensif.

KemenPPPA melakukan koordinasi lintas sektor dengan pemerintah daerah, Dinas Kesehatan, dan aparat desa untuk memastikan penanganan cepat terhadap keluarga korban dan meninjau kembali sistem perlindungan anak di daerah tersebut untuk mencegah keberulangan kasus.

Sebelumnya, seorang balita perempuan berinisial R (4) dibawa ke RSUD di Sukabumi, pada 13 Juli 2025, karena menderita cacingan. Saat dalam penanganan, tiba-tiba keluar cacing dari hidung balita tersebut.

Baca juga: Kasus balita Raya, Pratikno: Setiap anak berhak sehat dan terlindungi

Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa R menderita askariasis, yakni infeksi akibat cacing Ascaris lumbricoides atau cacing gelang.

Ibu dari balita tersebut diduga mengalami masalah mental, sehingga kesulitan memberikan pengasuhan. Sementara ayah R menderita tuberkulosis (TB).

Selain itu, keluarga tidak memiliki Kartu Keluarga dan kepesertaan BPJS Kesehatan, sehingga tidak bisa mengakses layanan kesehatan.

Balita tersebut akhirnya menghembuskan nafas terakhir pada 22 Juli 2025.

Baca juga: Kasus anak cacingan di Sukabumi, layanan posyandu-PKK diaktifkan lagi

Baca juga: Eks Direktur WHO ungkap pelajaran kasus anak tubuhnya dipenuhi cacing

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |