Jakarta (ANTARA) - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menekankan ketahanan energi Indonesia sebagai program prioritas, salah satunya melalui penguatan industri hulu, midstream dan hilir minyak dan gas (migas) domestik agar lebih terintegrasi.
Wakil Ketua Umum Bidang Advokasi dan Industri ALB Kadin Indonesia, Achmad Widjaja dalam pernyataan di Jakarta, Kamis, menyampaikan penguatan tersebut harus segera dilakukan untuk mencegah fragmentasi pasokan dan distribusi.
“Ketahanan energi membutuhkan perhatian serius karena tanpa integrasi sektor migas, industri nasional akan terus kesulitan berkembang,” katanya.
Dirinya juga menegaskan bahwa pemerintah tidak boleh hanya mengandalkan batu bara atau nikel saja.
Menurut dia, gas harus menjadi bagian transisi energi rendah karbon agar keberlanjutan industri dan lingkungan tercapai.
“Batu bara menghadapi hambatan besar, terutama karena standar ESG membatasi ekspor ke Eropa serta Amerika,” kata Achmad.
Lebih lanjut, Advisor Indonesian Gas Society, Daniel S Purba, menambahkan bahwa potensi gas dari Andaman dan Masela sangat besar dan strategis.
Ia memaparkan koordinasi institusional perlu diperkuat agar potensi tersebut tidak hanya menjadi angka, tetapi nyata di lapangan.
"Jika koordinasi tidak dipercepat, cadangan gas hanya terkunci tanpa memberi manfaat optimal bagi pertumbuhan industri,” ujar Daniel.
Ia menyatakan transisi energi rendah karbon tidak bisa diabaikan, gas harus berjalan bersamaan dengan energi terbarukan.
Ia menyebut bahwa eksekusi efisiensi hulu-hilir, penguatan infrastruktur LNG dan jaringan pipa, kepastian regulasi, harga domestik, serta adopsi teknologi karbon rendah sangat dibutuhkan untuk memacu ekonomi.
“Gas akan tetap menjadi pilar penting transisi energi rendah karbon menuju masa depan berkelanjutan,” kata Daniel.
Sementara itu, Partner & Head of APAC Advisory Rystad Energy, Samuel Low, menyatakan bahwa harga gas yang tepat dan akses infrastruktur adalah faktor penentu keberhasilan monetisasi cadangan gas nasional.
Menurutnya, meskipun potensi besar, jika proyek gas tidak ekonomis akan sulit menarik investasi.
“Harga kompetitif dan infrastruktur memadai akan menjadi kunci menjadikan cadangan gas Indonesia bernilai strategis global,” kata Samuel.
Baca juga: Waketum Kadin: Hilirisasi batu bara memperkuat ketahanan energi-pangan
Baca juga: Waketum Kadin: Reshuffle bawa energi baru bagi kebijakan sektor riil
Baca juga: Kadin sebut ISF 2025 fokus pada sektor bisnis hijau
Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.