Indef: Penguatan sarpras kunci produktivitas padi untuk swasembada

2 weeks ago 8

Jakarta (ANTARA) - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyatakan bahwa penguatan sarana dan prasarana (sarpras) pertanian merupakan kunci utama untuk meningkatkan produktivitas padi guna mencapai swasembada pangan yang diinginkan pemerintah.

"Pemerintah harus optimistis ya soal proyeksi produksi beras nasional tersebut. Kalau menurut saya yang harus dilakukan itu penguatan infrastruktur untuk mencapai swasembada pangan," kata Direktur Eksekutif Indef Esther Sri Astuti dihubungi ANTARA, Senin.

Dia turut menanggapi proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS) yang memperkirakan produksi beras nasional pada Januari-Maret 2025 mencapai 8,67 juta ton, meningkat signifikan sebesar 52,32 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024 yang tercatat sebesar 5,69 juta ton.

Esther mengungkapkan bahwa pemerintah harus optimistis terhadap proyeksi tersebut dan fokus pada penguatan infrastruktur pertanian untuk mendukung pencapaian swasembada pangan yang lebih baik di masa depan.

Dia menekankan pentingnya memperkuat infrastruktur pertanian, termasuk sistem irigasi, alat-alat pertanian, serta sarana dan prasarana produksi seperti pupuk yang selama ini sering langka dan mahal.

Menurut Esther, selain sarana fisik, teknologi pertanian juga harus dimanfaatkan dengan lebih baik karena penerapan teknologi yang minim akan berdampak pada rendahnya produktivitas per hektare.

Penguatan sektor pertanian juga harus mencakup peningkatan dukungan teknis kepada petani, melalui pembimbingan oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yang masih kurang dalam jumlah dan cakupannya.

"Teknologi pertanian juga harus dikerjakan, karena selama ini pertanian masih dilakukan dengan cara konvensional. Pembimbingan teknis dari PPL itu masih kurang sih, ada tapi masih kurang," ucap dia.

Esther juga mengungkapkan bahwa tidak hanya pascapanen, namun seluruh proses pertanian, mulai dari masa bercocok tanam hingga pascapanen, perlu mendapatkan perhatian dan penguatan sarpras yang lebih optimal.

Indef juga mencatat bahwa fasilitas seperti dryer di pusat-pusat produksi pertanian perlu dipertimbangkan untuk mendukung hasil pertanian yang lebih baik, terutama pada musim penghujan.

"Ya, tapi yang paling harus dilihat adalah sebelumnya kan, dari masa bercocok tanam sampai dengan pangan dan pasca-harvesting (panen). Jadi tidak hanya pasca-harvesting saja, tetapi sebelumnya," kata Esther.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan produksi beras secara nasional pada periode Januari-Maret 2025 diperkirakan mengalami peningkatan yang signifikan hingga mencapai 52,32 persen.

"Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), potensi produksi beras Januari-Maret 2025 diperkirakan mencapai 8,67 juta ton, meningkat tajam sebesar 52,32 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024 yang tercatat sebesar 5,69 juta ton," kata Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam keterangan di Jakarta, Jumat (7/2).

Peningkatan itu sejalan dengan meluasnya potensi luas panen padi yang diperkirakan mencapai 2,83 juta hektare. Angka ini menunjukkan kenaikan sekitar 970.330 hektare atau 52,08 persen dibandingkan dengan luas panen pada Januari-Maret 2024 yang hanya sebesar 1,86 juta hektare.

Menanggapi hal itu, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyampaikan bahwa peningkatan produksi beras itu menunjukkan keberhasilan langkah-langkah strategis Kementerian Pertanian dalam mendorong produktivitas.

Mentan menegaskan bahwa keberhasilan itu juga dicapai melalui implementasi berbagai program unggulan, seperti optimasi lahan rawa, pompanisasi, perluasan areal tanam, serta mekanisasi pertanian.

"Program-program ini terbukti efektif dalam meningkatkan produktivitas lahan dan efisiensi usaha tani, sehingga berdampak langsung pada peningkatan hasil panen dan ketersediaan beras nasional," kata Mentan dalam keterangan di Jakarta, Jumat (7/2).

Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Zaenal Abidin
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |