Imelda khawatir pebulu tangkis muda lebih kejar sponsor daripada gelar

3 months ago 38

Jakarta (ANTARA) - Legenda bulu tangkis Indonesia Imelda Wigoena menyampaikan kekhawatirannya terhadap pola pikir atlet muda masa kini yang dinilainya lebih mengejar peringkat demi sponsor ketimbang berjuang meraih gelar juara.

"Itu yang harus diatasi dan itu tidak gampang," kata Imelda yang menjadi juara dunia 1980 bersama Chistian Hadinata kepada pewarta di Jakarta, Selasa.

Imelda mengungkapkan, pada era dirinya bermain, gelar juara adalah target utama karena tidak ada penghargaan memadai bagi atlet yang gagal juara. Bahkan menjadi finalis pun tidak dianggap cukup membanggakan.

"Kalau saya lihat ya, dulu kalau tidak juara ya tak dapat apa-apa. Jadi malu kalau tidak juara," ujarnya.

Ia menyebut saat ini insentif dari sponsor yang merata untuk atlet berperingkat 1-10 justru membuat semangat juang untuk menjadi yang terbaik berkurang.

"Seharusnya peringkat 1 sampai 4 itu mendapatkan apresiasi lebih besar. Kalau ranking 1 sampai 10 diberi nilai sama, ya anak-anak hitungannya beda. Masuk semifinal aja merasa aman karena sudah dapat sponsor," katanya.

Baca juga: PP PBSI siapkan pembentukan sentra pembinaan atlet di daerah

Imelda juga mengungkapkan tanggung jawab klub dalam membentuk dasar kemampuan atlet sebelum masuk pelatnas.

Menurut dia, pelatnas seharusnya hanya fokus pada pengembangan taktik dan strategi, bukan membentuk kemampuan dasar dari awal.

"Kalau ada mutu atlet pelatnas yang kurang bagus, itu tanggung jawab klub. Artinya, pembinaan di klub belum maksimal. Klub harus didorong untuk membina lebih baik supaya pelatnas tidak terlalu pusing membentuk dari nol," ujar peraih medali emas Asian Games 1978 bersama Verawaty Wiharjo tersebut.

Ia pun mendorong adanya transfer ilmu dan teknologi pelatnas ke klub-klub agar proses pembinaan lebih merata dan berkesinambungan.

Selain itu, Imelda menilai pemerintah perlu menunjukkan perhatian yang lebih nyata terhadap pembinaan olahraga, termasuk bulu tangkis yang selama ini menjadi andalan Indonesia di pentas dunia.

"Olimpiade itu anggarannya sampai triliunan. Tapi PBSI dapat apa? Sampai hari ini belum maksimal perhatian dari pemerintah," kata Imelda.

Ia juga mengapresiasi upaya menghidupkan kembali program pencarian bakat dan pendataan usia atlet secara akurat untuk mencegah manipulasi usia dalam turnamen.

"Keabsahan data umur itu penting. Kasihan yang benar-benar muda dan berbakat tapi harus kalah karena lawannya ternyata umurnya lebih tua," kata Imelda.

Sebagai mantan atlet dan tokoh bulu tangkis nasional, Imelda berharap ada pembenahan menyeluruh agar generasi penerus tidak hanya terjebak pada target peringkat, tapi benar-benar memiliki mental juara dan semangat membela Merah Putih.

Baca juga: Tuan rumah kerahkan 21 wakil pada Indonesia Open 2025

Pewarta: Muhammad Ramdan
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |