IDAI: Kasus balita Sukabumi soroti perlunya upaya promotif-preventif

3 weeks ago 5
...Kita tidak bisa melihatnya dari satu aspek, penyakitnya aja, masalah sosialnya juga banyak

Jakarta (ANTARA) - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebutkan bahwa kasus balita yang meninggal di Sukabumi akibat cacingan menyoroti perlunya upaya promotif dan preventif kesehatan guna mencegah hal serupa agar tidak terjadi kembali.

Ketua Umum IDAI dr. Piprim Basarah Yanuarso di Jakarta, Jumat, mengatakan bahwa edukasi tentang pola hidup bersih sehat (PHBS), serta akses layanan kesehatan yang dapat menjangkau anak-anak di daerah menjadi krusial.

"Tentu ini kalau masalah kecacingan, kita tidak bisa melihatnya dari satu aspek, penyakitnya aja ya. Ini masalah sosialnya juga banyak," kata Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Piprim Basarah Yanuarso di Jakarta, Jumat.

Pihaknya memiliki sebuah program relevan untuk mengatasi masalah dengan ini, yaitu Pediatrician Social Responsibility, di mana satu dokter anak menjadi relawan untuk mengampu dua puskesmas.

Menurutnya, inisiatif ini dapat merambah ke para tenaga kesehatan dan kader, guna memastikan edukasi PHBS yang tepat, misalnya cara mencuci tangan yang benar, pemberian obat pencegahan cacingan tiap 6 bulan sekali, sehingga bisa dijalankan secara baik guna mencegah kasus serupa.

Dia menyebutkan, kejadian balita cacingan seperti ini pernah terjadi di Jawa Barat 3 tahun yang lalu.

Baca juga: Pratikno: Kasus Raya jadi alarm nasional perbaikan layanan kesehatan

Piprim menilai, kesehatan harus dimulai dari hulu, dengan edukasi dan pengobatan, bukan dengan hilirisasi kesehatan di mana gedung-gedung RS belasan lantai dan cathlab miliaran rupiah dibangun.

"Misalkan dengan memberikan obat-obat setiap 6 bulan sekali. Obat cacing untuk masyarakat itu. Nah kalau itu diawasi dengan baik, kan pemberian obatnya juga harus diawasi dengan kader, dilakukan di situ. Dan kalau ada balita yang tidak datang, didatangi," katanya.

Menurutnya, program Bina Keluarga Balita (BKB) perlu digiatkan kembali sebagai salah satu bentuk pencegahan.

Di media massa, dikabarkan bahwa seorang balita bernama Raya dibawa ke RSUD Syamsudin, Sukabumi, pada 13 Juli 2025, karena menderita cacingan. Saat dalam penanganan, tiba-tiba keluar cacing dari hidung balita tersebut.

Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Raya menderita askariasis, yakni infeksi akibat cacing ascaris lumbricoides atau cacing gelang.

Baca juga: Kasus anak Sukabumi, KPPPA tekankan pentingnya kepedulian masyarakat

Dikabarkan juga bahwa ibu dari balita tersebut mengalami masalah mental, sehingga kesulitan memberikan pengasuhan. Sementara itu, ayah Raya menderita tuberkulosis (TB).

Selain itu, keluarga tidak memiliki Kartu Keluarga dan kepesertaan BPJS Kesehatan, sehingga tidak bisa mengakses layanan kesehatan.

Balita tersebut kemudian meninggal pada 22 Juli 2025.

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi merespon hal tersebut dengan menghentikan sementara dana desa bagi Desa Cianaga, Kabandungan, Sukabumi, Jawa Barat.

Sanksi tersebut diberikan karena Dedi menilai bahwa perangkat Desa Cianaga lalai dalam mengurus warganya, hingga berujung pada kematian balita tersebut.

Baca juga: Kasus anak Sukabumi tanda lemahnya perlindungan anak tingkat terkecil

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |