ICRC desak pemimpin dunia hentikan pembantaian di Sudan

2 hours ago 2

Jenewa (ANTARA) - Presiden Komite Internasional Palang Merah (ICRC) pada Jumat mendesak para pemimpin dunia untuk melakukan langkah penting mengakhiri pembantaian warga sipil di Sudan, dengan menggambarkan situasi di El-Fasher dan wilayah lain sebagai "bencana kemanusiaan"

"Pelanggaran aturan perang yang mengerikan yang kita saksikan di Sudan tidak dapat dibenarkan," kata Mirjana Spoljaric dalam sebuah pernyataan. "Tidak boleh ada pasien yang terbunuh di rumah sakit, dan tidak boleh ada warga sipil yang ditembak saat mencoba melarikan diri dari rumah mereka."

"Serangan mengerikan ini harus dihentikan dan hukum humaniter internasional harus dihormati," desaknya.

Dia mengatakan warga sipil menghadapi serangan membabi buta, kekerasan seksual yang merajalela dan penghancuran yang disengaja terhadap layanan-layanan penting," menambahkan bahwa rumah sakit dan pusat-pusat kesehatan "yang dulu didedikasikan untuk menyelamatkan nyawa telah menjadi tempat kematian dan kehancuran."

Spoljaric mengatakan ICRC telah berulangkali memperingatkan pihak berperang untuk menghormati hukum humaniter internasional, namun pelanggaran terus dilakukan tanpa hukuman.

Presiden ICRC itu juga mengutuk serangan baru-baru ini terhadap pekerja kemanusiaan, dengan menyatakan bahwa "minggu ini saja di Kordofan Utara, lima rekan kami dari Bulan Sabit Merah Sudan terbunuh."

"Para pemimpin kini harus menunjukkan keberanian politik untuk menghentikan pembunuhan," ujarnya, seraya menekankan bahwa semua negara memiliki kewajiban untuk menegakkan hukum humaniter internasional dan memastikan negara lain melakukan hal yang sama.

"Kehidupan di Sudan kini bergantung pada tindakan yang kuat dan tegas untuk menghentikan kekejaman ini. Dunia tidak bisa tinggal diam sementara warga sipil dilucuti dari rasa aman dan martabat mereka," pungkasnya.

Secara terpisah, Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia (WFP) Cindy McCain juga menyuarakan keprihatinan atas "kekerasan yang menghancurkan" di El-Fasher.

"Banyak keluarga berlarian menyelamatkan diri, kelaparan dan kelelahan. Serangan brutal ini harus diakhiri. Sekarang juga," ujar McCain di platform media sosial AS, X.

Ia menggarisbawahi bahwa organisasi PBB harus diizinkan untuk "beroperasi dengan independensi dan netralitas penuh — dan berdiri bersama rakyat Sudan di saat mereka sangat membutuhkan."

Sudan telah dilanda perang saudara antara tentara dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter sejak April 2023, yang menyebabkan ribuan kematian dan jutaan orang mengungsi.

El-Fasher, ibu kota negara bagian Darfur Utara, jatuh di bawah kendali RSF pada hari Minggu setelah berbulan-bulan dikepung. Kelompok hak asasi manusia menuduh RSF melakukan pembunuhan massal, menahan orang dan menyerang rumah sakit.

Sumber: Anadolu

Baca juga: Kronologi perang saudara Sudan hingga kondisi terkini Oktober 2025

Baca juga: Otoritas Sudan benarkan kematian 2.200 orang di tangan RSF

Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |