Jakarta (ANTARA) - Indonesia Carbon Capture and Storage Center (ICCSC) menyampaikan adanya investasi senilai 38 miliar dolar AS atau sekitar Rp640,79 triliun (kurs: Rp16.862,90 per dolar AS) yang saat ini sedang dievaluasi oleh Pertamina dan ExxonMobil untuk pengembangan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) di wilayah Laut Jawa.
Executive Director ICCSC Belladona Troxylon Maulianda menjelaskan saat ini investasi tersebut sudah masuk meskipun proyek pengembangan CCS untuk kawasan Laut Jawa akan dimulai pada 2030.
"(Investasi) ini dari berbagai perusahaan, dari multinational companies dan juga national companies (BUMN), itu salah satu investasinya adalah dari Exxon," kata Belladona dalam konferensi pers CCS Forum 2025 di Jakarta, Senin.
Dia memaparkan bahwa Indonesia memiliki potensi penyimpanan CO₂ yang bisa mencapai 200 tahun, tidak hanya untuk menampung emisi domestik tetapi juga dari negara-negara tetangga.
Lebih dari itu, rantai pasok dari CCS hub ini diproyeksikan mampu menciptakan hingga 170.000 lapangan kerja setiap tahunnya dan meningkatkan produk domestik bruto (PDB) 0,8 persen sampai dengan 1 persen. Hal ini menjadikan CSS sebagai peluang ekonomi yang signifikan di tengah tantangan iklim global.
"Nanti (CCS) menciptakan infrastruktur ya, infrastruktur ini menciptakan lapangan kerja atau membutuhkan tenaga-tenaga ahli, lapangan pekerjaan itu bisa sekitar 170.000 lapangan kerja per tahunnya, mulai dari sektor konstruksi, teknik hingga pengawasan yang akan kita sebutnya MRV (Monitoring Reporting and Verification)," terangnya.
Meski demikian, Belladona tak menampik bahwa CCS merupakan teknologi yang menuntut investasi besar. Oleh karena itu, kolaborasi antara sektor publik dan swasta menjadi kunci.
“Ini adalah teknologi yang membutuhkan investasi yang cukup besar ya. Jadi itu (investasi) merupakan salah satu tantangannya, dan ini kita belajar dari negara-negara 'leading countries' lain seperti Norwegia dan AS. Jadi ini membutuhkan kolaborasi antara 'public and private partnership' dan tentunya pemerintah, untuk bisa mencari solusi ya bagaimana kita bisa meng-'handle' investasi ini,” jelasnya.
Ia menyebutkan kerja sama Pertamina dan Exxon sebagai contoh konkret dari kolaborasi strategis dalam menciptakan CCS hub yang berpotensi menjadi rujukan di kawasan.
Lebih lanjut, Belladona menuturkan sebenarnya Indonesia memiliki keuntungan strategis karena kaya akan industri hilir seperti petrokimia, baja dan semen.
Sektor-sektor tersebut sulit untuk didekarbonisasi meskipun sudah menerapkan elektrifikasi atau energi terbarukan.
“Walaupun mereka melakukan elektrifikasi, mengganti mobil misalnya dengan mobil listrik atau mengganti fuel dengan biofuel dan sebagainya, mereka masih menghasilkan emisi yang cukup tinggi. Jadi tentunya mereka harus melakukan dekarbonisasi lainnya dan secara volume, berdasarkan teknologi dan sains, CCS itu paling besar yang bisa mengeduksi volume-nya,” terang Belladona.
Ia menambahkan tren global saat ini menuntut produk dengan jejak karbon rendah seperti green products atau blue products.
Bahkan negara-negara Uni Eropa bakal menerapkan Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) pada 2026, yang mewajibkan seluruh produk impor memiliki emisi rendah.
“Jadi semua barang-barang yang impor ke EU (Uni Eropa) harus low carbon products, kalau tidak mereka akan mengenakan pajak atau bisa sama sekali tidak bisa diimpor ke EU. Jadi itu adalah peluangnya,” kata dia.
Selain itu, peluang juga muncul dari sektor pupuk. Menurutnya, Indonesia berpotensi besar menghasilkan blue ammonia, yaitu amonia yang emisinya telah ditangkap dan disimpan melalui CCS.
Produk ini diminati oleh pasar luar negeri seperti Jepang untuk digunakan dalam pembangkit listrik rendah emisi.
“(Blue ammonia) untuk pembangkit yang akan menghasilkan emisi lebih bersih. Kita sebenarnya co-firing power plant, dan ini sudah ada beberapa pembangkit-pembangkit di luar negeri seperti Jepang yang ingin membeli blue ammonia,” jelas Belladona.
Baca juga: ICCSC gelar forum internasional dalam kolaborasi pengembangan CCS
Baca juga: ExxonMobil bidik Indonesia jadi tuan rumah petrokimia
Baca juga: PHE ONWJ kolaborasi dengan perusahaan Korsel kembangkan teknologi CCS
Baca juga: PHE gandeng lembaga multinasional untuk pengembangan CCS di Indonesia
Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025