Jakarta (ANTARA) - Setiap tanggal 11 September, Indonesia memperingati Hari Radio Nasional, sebuah momen bersejarah yang menandai lahirnya Radio Republik Indonesia (RRI) pada tahun 1945.
Radio, sebagai media komunikasi pertama yang menjangkau seluruh pelosok negeri, telah memainkan peran penting dalam menyebarkan informasi, membangun kesadaran nasional, dan memperkuat identitas bangsa.
Namun, di tengah arus transformasi digital yang begitu cepat, muncul pertanyaan penting: masih relevankah radio di era digital ini?
Jawabannya: sangat relevan, asalkan radio mampu beradaptasi dan bertransformasi.
Transformasi digital adalah proses integrasi teknologi digital ke dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk cara kita bekerja, berkomunikasi, dan mengakses informasi.
Di sektor media, transformasi digital telah mengubah cara konten diproduksi, didistribusikan, dan dikonsumsi. Platform streaming, podcast, media sosial, dan aplikasi mobile telah menjadi saluran utama bagi generasi muda untuk mendapatkan informasi dan hiburan.
Namun, transformasi digital bukan hanya soal teknologi. Ini juga menyangkut perubahan budaya organisasi, pengalaman pengguna, dan model bisnis. Radio, sebagai media tradisional, perlu memahami bahwa pendengar kini tidak lagi pasif. Mereka ingin memilih konten, waktu, dan cara mendengarkan sesuai preferensi pribadi.
Bukan kompetitor
Alih-alih melihat digital sebagai ancaman, radio seharusnya memandangnya sebagai peluang. Banyak stasiun radio kini telah bertransformasi menjadi radio digital yang bisa diakses melalui aplikasi, website, dan platform streaming.
Bahkan, konten radio kini dikemas ulang dalam bentuk podcast, memungkinkan pendengar untuk menikmati siaran kapan saja dan di mana saja.
Contoh nyata transformasi ini adalah hadirnya RRI Digital, sebuah platform yang memungkinkan masyarakat mengakses siaran RRI secara online, lengkap dengan fitur interaktif dan konten on-demand. Ini menunjukkan bahwa radio bisa tetap relevan dengan mengadopsi teknologi digital.
Di tengah derasnya arus informasi dan dominasi algoritma media sosial yang kerap kali menyajikan konten bias atau tidak terverifikasi, radio tetap hadir sebagai sumber informasi yang kredibel dan terpercaya. Keunggulan radio terletak pada kemampuannya menyampaikan berita secara langsung, cepat, dan tanpa banyak distraksi visual, menjadikannya media yang tetap relevan di tengah gempuran digitalisasi.
Tak hanya itu, radio juga memiliki jangkauan yang luas, terutama di wilayah-wilayah terpencil yang belum sepenuhnya terhubung dengan jaringan internet. Dalam kondisi darurat atau bencana, radio sering kali menjadi satu-satunya saluran komunikasi yang dapat diandalkan oleh masyarakat.
Transformasi digital justru membuka peluang baru bagi radio untuk berkembang lebih jauh. Kini, siaran radio tidak lagi terbatas pada gelombang frekuensi. Melalui streaming online, radio dapat menjangkau pendengar lintas kota, bahkan lintas negara. Pendengar bisa menikmati siaran favorit mereka melalui aplikasi mobile, website, atau platform streaming kapan saja dan di mana saja.
Selain memperluas jangkauan, digitalisasi juga memungkinkan radio untuk meningkatkan interaksi dengan pendengar. Melalui media sosial, aplikasi interaktif, dan fitur live chat, pendengar tidak hanya menjadi audiens pasif, tetapi juga bisa berpartisipasi aktif dalam siaran. Mereka bisa mengirim komentar, permintaan lagu, atau bahkan menjadi bagian dari diskusi langsung.
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.