Hamas: Israel ciptakan kelaparan, bangun kamp penahanan di Gaza

8 hours ago 3

Istanbul (ANTARA) - Kelompok Palestina Hamas pada Kamis (22/5) menuduh Israel merekayasa kelaparan di Jalur Gaza dan memperingatkan agar tidak membangun kamp-kamp penahanan di wilayah selatan dengan dalih distribusi bantuan kemanusiaan.

Dalam sebuah pernyataan, kelompok tersebut mengatakan Israel secara sistematis membuat lebih dari 2 juta warga Palestina di Gaza kelaparan dengan membatasi bantuan kemanusiaan dan mengaitkannya dengan syarat politik dan keamanan.

“Kebijakan ini merupakan bagian dari apa yang sekarang dikenal sebagai ‘rekayasa kelaparan’, yakni berupaya memaksakan fakta di lapangan melalui rencana ‘bantuan ghetto’, yang secara keliru digambarkan sebagai solusi kemanusiaan,” bunyi pernyataan itu.

Hamas menambahkan bantuan yang diizinkan masuk ke Gaza setelah 81 hari blokade Israel “bahkan tidak ada setetes air di lautan jika dibandingkan dengan apa yang dibutuhkan.”

Kelompok tersebut memperkirakan bahwa daerah kantong tersebut membutuhkan setidaknya 500 truk bantuan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dasar, tetapi jumlah yang diizinkan masuk kurang dari sepersepuluhnya.

Baca juga: Israel Tingkatkan Operasi Darat di Gaza dan Longgarkan Blokade

Krisis tersebut memburuk karena meningkatnya jumlah warga di lokasi pengungsian, runtuhnya sistem kesehatan, serta kondisi kelaparan yang meluas, terutama di kalangan anak-anak.

Kantor Media Pemerintah Gaza mengonfirmasi 87 truk bantuan masuk pada Rabu (21/5), pertama kalinya dalam hampir tiga bulan, namun menekankan bahwa dibutuhkan 500 truk bantuan dan 50 truk bahan bakar setiap hari untuk mempertahankan kehidupan di tengah kondisi kelaparan parah.

Hamas memperingatkan militer Israel menggunakan bantuan sebagai kedok untuk menjalankan rencana yang menyerupai kamp penahanan di Gaza selatan,” dan menggambarkannya sebagai “skema kolonial yang pasti akan gagal menghadapi keteguhan rakyat kami.”

Kelompok itu menyerukan kepada komunitas internasional dan organisasi kemanusiaan untuk “segera menghentikan pengepungan, menolak kelaparan dan penghinaan yang direkayasa, serta memastikan koridor kemanusiaan yang bebas dan permanen.”

Israel dan Amerika Serikat mempromosikan mekanisme distribusi bantuan baru yang menurut para kritikus bertujuan untuk mengurangi jumlah pendudukan Gaza utara dengan mengarahkan warga Palestina ke wilayah selatan, terutama Rafah.

Radio Tentara Israel pada Selasa (20/5) melaporkan rencana tersebut menetapkan bahwa semua warga Jalur Gaza bagian utara yang menuju pusat distribusi bantuan di selatan poros Salah al-Din tidak akan diizinkan kembali ke utara Gaza.

Baca juga: Hamas, Israel gagal capai kemajuan dalam perundingan damai di Doha

Ditambahkan bahwa dengan cara ini, Israel berniat mempercepat evakuasi warga Gaza dari jalur Gaza utara dan bahwa daerah tersebut dapat sepenuhnya dikosongkan dari penduduknya.

Sebelumnya pada Kamis, lembaga penyiaran publik Israel, KAN, melaporkan bahwa distribusi makanan oleh perusahaan asal Amerika Serikat akan dimulai pada Minggu melalui empat pusat—satu di koridor Netzarim, Gaza tengah, dan tiga lainnya di dekat Rafah.

Sejak 2 Maret, Israel telah menutup total semua penyeberangan ke Gaza, yang menurut lembaga bantuan telah menjebak wilayah kantong tersebut dalam kelaparan dan menyebabkan banyak korban jiwa.

Sumber: Anadolu

Baca juga: Netanyahu tolak akhiri perang, bersumpah kuasai lagi Gaza sepenuhnya

Baca juga: Netanyahu Sebut Israel Akan Masuki Gaza dengan Kekuatan Penuh

Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |