Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia tengah mengkaji opsi pemberangkatan jemaah haji dan umrah melalui jalur laut sebagai alternatif selain penerbangan. Langkah ini dinilai dapat membuka peluang efisiensi dalam hal biaya, sekaligus menghidupkan kembali tradisi pelayaran haji yang pernah populer di masa lalu.
Namun, wacana ini juga memunculkan pertanyaan publik, salah satunya mengenai durasi perjalanan. Banyak yang penasaran, berapa lama sebenarnya waktu tempuh perjalanan haji jika dilakukan dengan kapal laut dibandingkan dengan transportasi udara?
Menteri Agama, Nasaruddin Umar, menyatakan bahwa perjalanan haji jalur laut memang menawarkan ongkos lebih rendah, namun memakan waktu yang jauh lebih lama dibandingkan pesawat. Berikut penjelasan lengkapnya.
Estimasi waktu perjalanan
Berdasarkan beberapa catatan, estimasi waktu perjalanan laut untuk rute Indonesia–Jeddah bervariasi, diantaranya:
• 10–14 hari sekali jalan, tergantung rute dan jenis kapal.
• Di pihak lain, rute Bangladesh–Saudi disebut memakan waktu 8 hari pergi, 8 hari pulang (total 16 hari laut).
• Namun, data historis zaman kolonial menunjukkan masa tempuh mencapai 19–25 hari sekali jalan, bahkan hingga 49 hari pada era kapal uap awal (abad ke-20).
• Catatan sejarah haji Nusantara juga menyebut perjalanan laut bisa memakan 3 hingga 4 bulan total (pergi–ibadah–pulang).
Baca juga: Jamaah haji Dumai akan diangkut kapal ke Embarkasi Batam
Faktor yang mempengaruhi waktu tempuh
1. Jenis kapal & teknologi: Kapal modern lebih cepat dibanding kapal uap atau layar bersejarah.
2. Rute pelayaran: Perlu transit antar-pelabuhan (misalnya Singapura, Sri Lanka, Suez) yang menambah durasi.
3. Kondisi cuaca & musim angin: Gelombang laut dan cuaca ekstrem bisa memperlambat perjalanan.
4. Infrastruktur pelabuhan: Pelabuhan di Indonesia dan Jeddah harus memenuhi syarat logistik dan keamanan.
Dengan demikian, perjalanan haji via kapal laut berpotensi menghemat biaya, tetapi berisiko memakan waktu lebih lama, dari puluhan hari hingga beberapa bulan, tergantung pada teknologi, rute, dan kondisi operasional yang digunakan. Alternatif ini dinilai menarik untuk mengakomodasi kebutuhan jemaah dengan biaya lebih terjangkau.
Sementara itu, pemerintah hingga saat ini masih mengevaluasi berbagai aspek penting, termasuk kesiapan teknis, logistik, dan infrastruktur pendukung. Kajian menyeluruh diperlukan agar opsi jalur laut ini benar-benar layak dan aman untuk diimplementasikan, demikian merangkum berbagai sumber.
Baca juga: BP Haji tolak usulan berangkatkan calon jamaah haji gunakan kapal laut
Pewarta: M. Hilal Eka Saputra Harahap
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.