FPA Bali usul pemda tambah kurikulum edukasi HIV sejak usia dini

1 month ago 21

Denpasar (ANTARA) - Forum Peduli AIDS (FPA) Bali mengusulkan pemerintah daerah menambah kurikulum edukasi terkait pencegahan dan penanganan HIV/AIDS sejak usia dini.

Ketua FPA Bali Oka Negara dalam Pelatihan Jurnalistik Media Tanpa Stigma untuk Ending AIDS 2030 di Denpasar, Sabtu, melihat solusi ini merupakan langkah besar untuk mencapai target mengakhiri kasus HIV/AIDS pada tahun 2030.

“Kita butuh edukasi seksual kalau bisa lewat kurikulum, karena masalahnya aktivitas seksual itu tersembunyi, kita tidak pernah tahu, berbeda dengan merokok atau pakai narkoba, jadi pada akhirnya penting membuat perilakunya sehat lewat pengetahuan,” katanya.

FPA Bali menilai di kondisi sekarang pencegahan memang penting, namun melihat sebaran HIV/AIDS yang mulai banyak menjangkit pelajar, menurut dia stigma buruk terhadap upaya-upaya penanganan juga menjadi penting.

Oleh karena itu dalam kurikulum yang ditawarkan, ia mengajak tidak hanya edukasi agar tidak melakukan aktivitas seksual terutama dengan banyak lawan jenis yang dimuat, namun juga langkah pencegahan penularan penyakit seksual melalui alat kontrasepsi dari karet atau kondom misalnya.

Selain itu upaya penanganan setelahnya, sebab kerap kali temuan kasus terjadi pada orang yang kurang edukasi padahal saat ini obat untuk menekan sebarannya sudah ada dan mudah didapatkan.

“Kalau bisa dikomitmenkan lewat pengetahuan sehingga diberikan terstruktur dalam kurikulum, jadi nanti tergantung bentuk sekolah, kalau IPA bisa masuk pada pelajaran biologi karena ada materi reproduksi, IPS bisa sosiologi, jadi pasti ada tempat-tempatnya tinggal sesuaikan,” ujar Oka.

Baca juga: Sultra sediakan obat dan skrining gratis untuk cegah AIDS hingga TBC
Baca juga: Dinkes Palembang edukasi pencegahan HIV-AIDS kepada pelajar

FPA Bali bahkan merasa tak hanya siswa SMP dan SMA/SMK yang harus mendapat pendidikan ini, namun juga sejak sekolah dasar, tetapi pada materi lebih sederhana seperti edukasi soal pola hidup sehat dan edukasi pacaran sehat.

Pun jika sekolah dasar tidak bisa memuat materi ini ke kurikulumnya, sekolah dapat memberikan buku panduan pencegahan kekerasan seksual atau bahaya akibat aktivitas seksual lainnya.

Jika usulan ini mendapat respons positif dari pemerintah daerah, FPA Bali optimistis melihat target nol kasus 2030 nanti.

Untuk diketahui dari data mereka, sepanjang 2024 setidaknya sebanyak 2.006 orang dinyatakan positif HIV/AIDS di Bali, sementara sejak Januari-Juli 2025 sebanyak 1.193 kasus.

Belakangan, FPA dan Yayasan Kerti Praja Dewa sebagai salah satu yayasan yang menangani HIV/AIDS bahkan menemukan banyaknya kasus positif pada laki-laki yang berhubungan seksual dengan sesama laki-laki, bahkan kasus homoseksual dan heteroseksual ini datang di usia-usia sangat muda.

Saat ini yang masih menjadi tantangan adalah menghilangkan stigma di masyarakat, sebab diskriminasi tersebut yang membuat seseorang yang potensial terjangkit HIV/AIDS enggan melakukan pemeriksaan bahkan pengobatan.

Oka Negara mengatakan untuk di Bali pemerintah daerah sejak lama sudah ikut peduli melalui regulasi-regulasi yang membuat lembaga yang peduli terhadap HIV/AIDS lebih leluasa bekerja.

Namun, semangat tersebut harus kembali dikuatkan, salah satu langkahnya dengan inovasi dalam program pencegahan dan penanganan kasus serta mengubah stigma masyarakat.

Baca juga: Berapa lama harapan hidup pengidap HIV/AIDS?
Baca juga: Dinkes: 100 orang positif HIV/AIDS di Serang, didominasi LSL

Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |