Feature: Peran museum bina hubungan global dan bangun jembatan budaya

3 hours ago 2

Jakarta (ANTARA) - Pada perayaan Hari Museum Internasional 2025 pada Minggu (18/5), yang mengusung tema "Masa Depan Museum dalam Masyarakat yang Berubah dengan Cepat" (The Future of Museums in Rapidly Changing Communities), museum-museum di Inggris bertransformasi dan merumuskan kembali keterlibatan mereka dengan khalayak global.

Didirikan oleh Dewan Museum Internasional, acara itu menyoroti peran museum sebagai tempat untuk pertukaran budaya, pengayaan warisan bersama, serta untuk mempromosikan saling pengertian, kerja sama, dan perdamaian.

Museum kian dipandang sebagai ruang yang netral dan inklusif di mana orang-orang dari berbagai latar belakang dapat berkumpul bersama melalui sejarah, seni, dan pengalaman bersama, demikian ungkap sejumlah staf di museum-museum terkemuka di Inggris kepada Xinhua dalam sebuah wawancara baru-baru ini.

Sir Gabriele Finaldi, direktur Galeri Nasional sejak 2015, telah memimpin galeri itu melalui transformasi yang signifikan dalam rangka merayakan ulang tahun ke-200 pada tahun lalu. Di bawah kepemimpinannya, Galeri Nasional memperluas kehadiran digitalnya, termasuk meluncurkan situs web modern dan mendigitalkan koleksinya dengan fitur interaktif seperti tur virtual.

"Minat masyarakat terhadap museum semakin meningkat," kata Finaldi. "Museum dengan cepat beradaptasi dengan teknologi, tetapi pada saat yang sama, mereka mempertahankan peran tradisional mereka sebagai penjaga koleksi penting."

Di tengah maraknya pameran digital dan teknologi baru, pengalaman fisik berinteraksi dengan artefak otentik tetaplah penting.

Jessica Harrison-Hall, kurator departemen Asia di British Museum, menekankan pentingnya pengalaman secara langsung. Dia mengatakan, "Generasi muda kini semakin menyadari betapa berharganya berinteraksi dengan benda-benda yang nyata dan bersejarah, dan pengalaman seperti itu dapat mengubah hidup banyak orang."

Dia percaya bahwa museum terus beresonansi di dunia yang serba cepat saat ini. "Kemampuan untuk terhubung dengan audiens kontemporer sambil melestarikan dan berinovasi merupakan hal yang membuat museum tetap bertahan," ujarnya.

Foto pada 9 Mei 2024 menunjukkan gladi resik pergelaran seni cahaya di. Galeri Nasional, London, untuk memperingati 200 tahun galeri itu. Xinhua/Zheng Bofei

Li Xiaoxin, kurator di Departemen Asia di Victoria and Albert Museum (V&A), berfokus untuk menjembatani kerajinan China dan budaya Inggris. Sebagai bagian dari upaya ini, dia mengundang Gyre Craft, sebuah platform berbagi pengetahuan tentang kerajinan, untuk menjadi tuan rumah sebuah forum tentang kota-kota kerajinan Inggris dan China dalam ajang London Craft Week.

Li juga mengkurasi sebuah pameran yang akan dibuka pada akhir Oktober dan bertujuan untuk menyoroti kerajinan studio kontemporer China. "Saya ingin membantu audiens internasional memahami bahwa China bukan hanya tentang porselen antik atau kerajinan tradisional; ada aspek yang lebih terbuka dan beragam dari budaya China," katanya.

Sejak bergabung dengan V&A pada 2018, Li menemukan bahwa kurasi merupakan platform untuk ekspresi kreatif. Mengkurasi dan berbicara tentang artefak China merupakan hal yang menantang sekaligus bermanfaat, karena setiap karya memiliki kisah yang unik, ujarnya.

Para profesional museum setuju bahwa setiap pengunjung memiliki keterlibatan yang berbeda dan merangkul keragaman merupakan hal yang sangat penting. "Museum adalah tempat di mana kita fokus pada kesamaan, bukan perbedaan," kata Finaldi. "Memahami budaya satu sama lain dengan lebih baik merupakan kunci untuk membangun koneksi."

Dia menyebut bahwa koleksi Galeri Nasional menceritakan kisah-kisah universal yang melampaui batas-batas negara, seraya menyatakan "Ini merupakan hal-hal yang, dalam arti tertentu, menyatukan kita semua."

Harrison-Hall juga setuju dengan pendapat yang menyatakan, "Museum untuk semua orang, menawarkan banyak cara untuk terlibat. Penemuan yang paling menarik sering kali terjadi secara kebetulan saat menjelajah."

Dia menyebut bahwa budaya museum di China telah terdiversifikasi secara signifikan, tidak hanya terbatas pada museum besar di tingkat provinsi, tetapi juga meluas ke berbagai ruang budaya, yang berhasil menarik lebih banyak pengunjung dari sebelumnya. "Sungguh luar biasa melihat transformasi ini," ujarnya.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |