Situbondo (ANTARA) - Anggota DPRD Jawa Timur Zainiye menyatakan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Syekh Abdul Qodir Jailani di Desa Blimbing, Kecamatan Besuki, Kabupaten Situbondo, belum pernah mendapatkan bantuan pembangunan atau rehabilitasi dari pemerintah daerah dan pusat.
Atap bangunan asrama putri pondok pesantren di wilayah barat Situbondo itu ambruk pada Rabu (29/10) dini hari dan mengakibatkan seorang santriwati Putri Hemilia Oktaviantika (13) wafat, sementara 18 korban lainnya luka-luka.
"Saat kami berkunjung dan diskusi dengan pengasuh pesantren, bantuan dari pemerintah untuk kegiatan lembaga pendidikan sudah mendapatkan perhatian, tapi untuk pembangunan dan rehabilitasi pesantren tidak pernah terealisasi," kata Zainiye di Situbondo, Jawa Timur, Jumat.
Ia menyampaikan hal itu menjadi tanggung jawab bersama bagaimana ke depan agar kondisi infrastruktur asrama dan fasilitas pesantren itu memperoleh dukungan yang layak dan diharapkan pula peristiwa serupa tidak kembali terjadi.
Baca juga: Pesantren SAQJ Situbondo diliburkan sepekan pascambruknya atap asrama
Zainiye mengatakan akan mengusulkan bantuan untuk pembangunan maupun rehabilitasi pesantren tersebut melalui program-program di DPRD Jawa Timur.
"Tentu ini menjadi perhatian dan tanggung jawab kami sebagai anggota dewan provinsi ke depan, bagaimana pesantren tersebut mendapatkan bantuan rehabilitasi maupun bantuan untuk pembangunan asrama," kata anggota DPRD Provinsi Jawa Timur dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu.
Menurut Zainiye, musibah ambruknya atap bangunan asrama pesantren yang tidak pernah diharapkan itu tidak perlu menjadi kekhawatiran dan ketakutan yang berlebihan atau fobia, karena peristiwa seperti itu bisa terjadi di mana saja dan tidak hanya di pondok pesantren.
Baca juga: Kemenag salurkan bantuan untuk dua pesantren tertimpa musibah di Jatim
Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Syekh Abdul Qodir Jailani dengan ratusan santri itu, katanya, pihak pengasuh tidak memungut biaya pendidikan, kecuali iuran Rp20.000 dan beras 15 kilogram per bulan per santri.
"Ada satu nilai penting yang bisa kita angkat dari pondok pesantren yang mengalami musibah ini, yaitu kemandirian pesantren. Bayangkan lebih dari 300 santri tidak dipungut biaya pendidikan apa pun," katanya.
Zainiye menambahkan, kemandirian pesantren itu menjadi bukti ketulusan dan pengabdian pengasuh untuk mencerdaskan generasi muda yang tidak hanya ilmu pengetahuan, tapi juga membentuk akhlakul karimah.
"Kemandirian pesantren ini yang patut kita apresiasi, dan musibah ambruknya atap asrama putri di pesantren ini menjadi bagian perjalanan perjuangan dan pengabdian pengasuh membangun peradaban di pendidikan pesantren," tutur Zainiye.
Baca juga: BPBD Jatim bantu bahan bangunan untuk pesantren ambruk di Situbondo
Pewarta: Novi Husdinariyanto
Editor: Nurul Hayat
								Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































