Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia sudah cukup aktif dalam menanggapi kebijakan yang dilaksanakan oleh Presiden AS Donald Trump, kata Profesor Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam NTU Singapura Soedradjad Djiwandono.
“Tapi kita tetap harus waspada … selalu siap sedia … kalau harus berubah, kita berani berubah,” kata Soedradjad yang pernah menjabat Gubernur Bank Indonesia periode 1993-1998 di Jakarta, Rabu.
Ekonom senior itu juga berpendapat bahwa Indonesia sebaiknya tetap menjaga keseimbangan interaksi dan pengaruh dari AS dan China.
“Kita tetap bisa berjalan di tengah. Kita tidak hanya selamat, kita bisa lebih meningkatkan produk-produk kita untuk kesejahteraan (rakyat) dan sebagainya,” ujarnya.
Sebelumnya, AS dan China mencapai kesepakatan mengenai tarif dagang yang akan diberlakukan oleh kedua negara di Jenewa, Swis.
AS akan menurunkan tarif impor produk China dari 145 persen menjadi 30 persen, sementara China akan mengurangi tarif barang AS dari 125 persen menjadi 10 persen.
Kebijakan yang berarti pengurangan hingga 115 poin persentase itu rencananya akan dilakukan dalam jangka waktu 90 hari ke depan.
Terkait dengan hal itu, Soedradjat juga menegaskan bahwa Indonesia tetap perlu menjalankan politik bebas aktif dalam menghadapi situasi yang berkembang saat ini.
Soedradjad menyampaikan hal tersebut kepada wartawan di sela-sela acara diskusi “KAGAMA Leaders Forum: Trump Effect” di Jakarta pada Rabu, sekaligus menyampaikan kata sambutan dalam diskusi itu.
Dalam sambutannya, Soedradjad berbagi pandangan tentang Presiden AS Donald Trump dan pemerintahan orang nomor satu di AS itu secara umum.
Selain Soedradjat, sejumlah tokoh lainnya juga hadir sebagai pembicara dalam diskusi tersebut. Mereka adalah Wakil Menteri Keuangan RI Anggito Abimanyu, Duta Besar Indonesia untuk China Djauhari Oratmangun, Presiden Direktur Toyota Manufacturing Indonesia Nandi Julyanto dan Presiden Direktur Graha Ismaya Masrizal A Syarief.
Baca juga: Dubes Djauhari tidak terkejut dengan hasil negosiasi AS-China
Baca juga: Trump: Uni Eropa lebih nakal dibanding China
Baca juga: AS dan China sepakati pengurangan tarif 90 hari usai dialog Jenewa
Pewarta: Cindy Frishanti Octavia
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025